Sudah Mengerti Pakan Alami, dan Buat Sarang

Sudah Mengerti Pakan Alami, dan Buat Sarang

Orangutan Kalimantan atau Pongo Pygmoeus bernama Cola, berhasil dipulangkan ke Indonesia pada 2019 silam. Selama satu tahun terakhir, Cola sang orangutan repatriasi pertama menghabiskan perjalanan hidupnya di pusat rehabilitasi di Kabupaten Berau.

BERATNYA hampir 35 Kilogram (Kg), saat pertama kali Cola berhasil kembali ke Indonesia, atas komitmen dengan negara Thailand dalam memerangi perdagangan satwa liar ilegal. Orangutan ini menjadi salah satu korban penyelundupan bersama induknya hampir sepuluh tahun lalu. Induknya, bernama Koka pulang lebih dulu pada tahun 2015 silam, dan kini  telah berada di hutan Kalimantan lainnya. Kondisi Cola saat pertama kali datang telah dinyatakan sehat oleh tim medis di Pusat Rehabilitasi, setelah menjalani rangkaian tes kesehatan sesuai indikator yang telah ditetapkan. Pusat rehabilitasi di Kabupaten Berau, merupakan pilihan langsung dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KHLK) atas komitmen repatriasi orangutan. “Kami menyatakan sanggup saat itu, dan tidak main-main dalam melakukan rehabilitasi. Perlu keseriusan dan penanganannya dilakukan secara hati-hati sesuai dengan prosedur,” ungkap Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, Dheny Mardiono, Jumat (12/3). Cola yang lahir pada 13 Maret 2009, bukanlah rombongan terakhir, masih memiliki satu teman yang belum bisa selesai dipulangkan lantaran terkendala proses hukum. Penunjukkan lokasi bagi satwa hasil repatriasi nantinya akan menjadi kewenangan penuh oleh KHLK, untuk segera direhabilitasi. Sebelum sampai pada habitat aslinya, Cola menghabisan waktu selama kurang lebih 10 tahun untuk dirawat di Khao Son Wildlife Breeding Center di Negeri seribu pagoda itu. Sejak lahir, Cola telah terbiasa pada kandang besi serta terbiasa berpijak pada lantai dengan lapisan semen. Bukan di sebuah belantara hutan lengkap dengan pohon menjulang tinggi. Saat ini Cola tengah menjalani masa rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan Rescue Allance (BORA) berada di kawasan KHDTK Labanan Jalan Poros Berau-Samarinda KM 35 Kampung Merasa, Kecamatan Kelay. Kemitraan tersebut terwujud hasil multipihak bersama BKSDA Kaltim dengan Pusat Perlindungan Orangutan (COP). Sementara itu, Manajer Bornean Orangutan Rescue Alliance, Widi Nursanti bersama pihaknya menaruh optimisme untuk perkembangan Cola meskipun pihaknya mengakui upaya merepatriasi orangutan Cola adalah perjalanan yang cukup panjang. Tantangan terbesar bagi mereka adalah habitat Cola yang berbeda jauh dari habitat seharusnya berada. Hutan menjadi hal yang sangat asing baginya. Hingga pada pengujung tahun 2020, atas pertimbangan tim medis dan perawat satwa Cola dimasukan dalam fase program rehabilitasi sekolah hutan. Widi mengakui bahwa Cola memiliki kecerdasan. Seperti pengakuan perawat satwa, Cola memiliki kecenderungan untuk membersihkan sisa makanannya sendiri dan kotorannya pada satu wadah kumpul. Kendati kecerdasan tersebut tidak seharusnya dimiliki oleh orangutan. Selama satu tahun, Cola belum bisa langsung dilepas secara bebas. Masih memerlukan banyak treatment khusus. Termasuk pemberian pakan alami yang sebelumnya bukan menjadi konsumsi Cola. Padahal, cara bertahan hidup di hutan nanti adalah kemampuan untuk memperoleh pakan alami. Pakan yang ada di Hutan Kalimantan pun memengaruhi kondisinya yang memang berasal dari spesies orangutan Kalimantan. Besar mereka menaruh harapan, agar Cola bisa selamat dan bertahan hidup nantinya. Pelatihan itu terus dilakukan pada sekolah hutan. Cola diakui baru dua kali masuk ke sekolah hutan, lantaran pandemik juga menjadi kendala untuk perawat dan Cola. Memasuki sekolah pertama, perkembangan Cola sudah bisa memanjat ranting pohon meski ketika berjalan, masih menggunakan kedua tangannya. Orangutan normal, menggunakan empat tangan untuk berjalan. Sedangkan saat di sekolah kedua, Cola menghabiskan malamnya di sekolah hutan. Sebagai orangutan yang sama sekali tidak mengenal hutan, pihaknya menilai perkembangan Cola cukup pesat lantaran sudah berani mengeksplorasi hutan dan mengerti pakan alami. Ia pun mampu membuat sarang alami. Hanya saja, dalam waktu satu tahun belum mampu membentuk sosial life Cola. Lantaran di kalangan perawat satwa Cola adalah orangutan yang agresif terhadap orangutan lain, namun ramah dengan perawat satwa lain. “Rehabilitasi ini memerlukan proses dan treatment yang lebih lagi. Kami optimistis Cola bisa menjadi orangutan borneo selayaknya dia,” tutupnya.*/APP

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: