Deal Sabrina

Deal Sabrina

Transaksi Huawei dengan Iran –lewat Skycom– itu memang melalui HSBC.
Meng tidak merasa ragu ketika menjelaskan semua transaksi itu ke HSBC.
Tapi rupanya ada satu kalimat di power point itu yang multitafsir. Yang oleh intelijen bisa dianggap bukti.

Rupanya HSBC minta penjelasan ke Meng seberapa Skycom itu bisa dipercaya. Maka di presentasi sambil makan siang di Hongkong itu Meng menampilkan power point. Dia mengatakan bahwa hubungan Huawei dengan Skycom “a normal and controllable relation”.

“Controllable” di situlah yang ditafsirkan sebagai ”di bawah kontrol”.
Mungkin, dalam suasana normal, kalimat seperti itu tidak mencurigakan. Tapi dua tahun lalu Trump kan memang lagi sensi-sensinya terhadap Tiongkok –termasuk terhadap teknologi tingginya.

Maka dicari atau pun dicari-cari akibatnya sama: Meng harus menjalani masa tahanan di negara lain. Waktunya yang begitu mahal terbuang sia-sia di sana. Selama lebih 2 tahun.

Maka kalau kini memang bisa deal, apa pun, itu akan lebih baik. Daripada konflik berkepanjangan. Pun merembet ke mana-mana.
”Ke mana-mana” itu termasuk ke HSBC. Bisa saja diam-diam Tiongkok akan juga ”menghukum” HSBC. Secara bisnis. Dianggap sebagai bank yang tidak bisa dijadikan sahabat.

Sebelum adanya kabar baru itu  pengacara Meng memang mulai mempersoalkan terjadinya pelanggaran proses penegakan hukum.
Yakni bagaimana bisa Meng diperiksa di bandara tanpa didampingi pengacara. Apalagi hari itu, di bandara itu, terjadi menyitaan dan pembongkaran terhadap barang-barang elektronik milik Meng. Termasuk mengambil data dari dalam laptop, tablet dan hand phone Meng.

Sulitnya lagi polisi yang di bandara itu bertugas memeriksa Meng kini sudah pensiun. Lalu bekerja di Macau –Tiongkok.

”Deal” di luar hukum itu kini menjadi pusat perhatian dunia. Proses hukum di Kanada itu sendiri belum tentu selesai dalam tiga tahun.
Itu baru pengadilan untuk menentukan apakah Meng bisa diekstradisi ke Amerika atau tidak. Belum ke pengadilan pokok perkaranya. Yang tidak bisa dilakukan di Kanada.

Dan lagi, tujuan melemahkan Huawei ternyata juga tidak tercapai. Boleh dikata juga sia-sia. Huawei tetap bertumbuh –pun dalam keadaan dihantam pandemi. Dalam dua tahun masa penahanan Meng, iPhone justru merosot ke peringkat 4 dunia. Setelah Huawei, Samsung, dan Xiaomi.
Maka inilah menjelang Natal yang mendebarkan bagi Meng dan keluarga besar Huawei.

Sementara menunggu deal itu, Meng tetap harus hanya di rumahnya seharga Rp 70 miliar di Vancouver itu. Dengan gelang pemantau di kakinyi. Dengan suami di sampingnyi: Carlos Liu Xiaozong.

Itulah untuk kali pertama,  dalam perkawinan mereka, bisa terus bersama. Selama dua tahun tanpa jeda.

Berarti tidak ada di hidup ini yang sepenuhnya sia-sia.(*)

sumber: disway.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: