Mufakat Kanjeng Sinuhun (15): Membungkam Kaum Hermes

Namun ketika itu, Mahendra mengaku berkomitmen bahwa kasus penggelemubungan dana yang menyangkut para petinggi Kota Ulin itu akan terus berlanjut. Usman pun lega. Ia sudah merekam semua percakapan itu. Yang penting adalah komitmen! Ya, komitmen. Hanya itu!!...pikir Usman. Soal caranya mau bagaimana, itu diserahkan instansi penegak hukum tersebut. Yang penting komitmen dulu. Komitmen sang pejabat di regional 4 itu.
Usman senang sekali mendapat statement penting itu. Langkahnya ringan meninggalkan ruang VIP Bandara Kota Ulin. Lalu bergegas menuju parkiran motor. Hasil wawancara tadi harus segera dituliskan. Jangan sampai kalah cepat dengan para Hermes lainnya.
Baru saja mengenakan helm, teleponnya berdering. Usman segera melihat siapa nama di balik suara telepon itu. Wow..Kanjeng Sinuhun. Ada apa Gerang?. Tumben-tumbenan telepon. Biasanya malah Usman yang sering menghubungi untuk keperluan sumber berita. Tak pikir panjang, Usman pun segera menerima panggilan itu.
“Man..tadi kamu wawancara apa?!,” tanya Kanjeng Sinuhun.
Tapi kali ini nada bicaranya agak beda dari biasanya—pikiran Usman mulai berputar. Bertanya-tanya. Apa maksud pertanyaan itu.
“Aahhh…soal apa ya, Kanjeng?,” tanya Usman.
“Barusan itu lho! Wawancara dengan kepala Punggawa Militer Besar, soal perluasan lahan pertanian..”
“Mmm…Oh..oh”. Usman bingung mau jawab apa. Seperti dalam cerita seorang pencuri yang tertangkap basah. Lidahnya terasa kelu. Susah untuk digerakkan.
“Siapa yang suruh kamu?,” timpal Kanjeng Sinuhun, lagi.
“Eehhh…ndak Kanjeng, tadi hanya ngobrol saja. Belum tayang kok,” Usman mencoba untuk berkilah.
“Alahh…aku punya videonya. Jangan ditayangkan ya!!,” ujar Kanjeng, kemudian menutup pembicaraan.
Usman pun hanya mampu menjawab; “Siap Kanjeng, Siap..”.
Tak berapa lama, Kanjeng Sinuhun mengirimkan video saat Usman mewawancarai Mahendra. Menggunakan alat perekam suara pula. Waduh… tambah kaget. Kok bisa dirinya sedang wawancara ada yang mengambil gambar dari belakang. Pun gambar itu diserahkan kepada Kanjeng Sinuhun. Hanya selang beberapa menit.
Usman mulai mencari-cari, siapa orang yang tadi berada di belakangnya. Ternyata banyak. Ada Kaum Hermes dan para aparat punggawa militer. Banyak pula yang tidak dikenalnya. Hahh…antara takut, khawatir dan kaget menjadi satu.
Usman pun kembali ke kantornya. Kemudian ia bercerita kepada rekannya sesama Kaum Hermes tentang kejadian tersebut. Rekan-rekan Usman pun kaget. Kok segitunya ya. Dalam sejarah mereka menjalankan profesi sebagai pembawa kabar, baru kali ini peristiwa seperti itu. Biasanya Kaum Hermes kompak jika menghadapi intimidasi dari pihak luar. Apalagi terkait dengan pekerjaannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: