Mufakat Kanjeng Sinuhun (13): Gelombang Aksi
Isunya pun berkembang. Tidak hanya kasus korupsi perluasan lahan pertanian, tapi juga kasus korupsi lainnya yang selama ini proses hukumnya dinilai mandek. Isu berikutnya menyoal banjir yang masih menghantui warga Kota Ulin.
Senin siang. Long march mahasiwa menuju Balai Sinuhun tampak lebih ramai dari biasanya. Kali ini adalah aksi gabungan. Edo adalah koordinator aksinya. Masih satu organisasi dengan Lina. Edo memang ketua dari organisasi ekstra kampus. Sementara Lina sekretarisnya. Keduanya berhasil mengajak element mahasiswa lain untuk bergabung. Termasuk organisasi intra kampus, yakni Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari kampus-kampus di Kota Ulin.
Target mahasiswa itu bertemu dan dialog dengan Kanjeng Sinuhun. Sesampainya di depan balai, mereka menutup jalan. Mereka menggelar mimbar bebas di tengah jalan tersebut sampai Kanjeng Sinuhun mau menemui peserta aksi. Jalanan macet. Kendaraan yang melintas di jalur tersebut terpaksa dialihkan melalui jalan alternatif lainnya.
Personel Punggawa Militer Sektor Kota Ulin pun kalangkabut. Mereka terpaksa harus turun ke jalan. Mengatur dan menertibkan lalu lintas. Sementara massa aksi enggan beranjak. Mereka terus melakukan orasi.
“Kanjeng Sinuhun harus bertanggung jawab!!. Kasus korupsi proyek perluasan lahan pertanian harus dikawal. Jangan sampai rakyat sengsara karena ulah para sinuhun”—kata Edo dalam orasinya.
Komandan Regu (Danru) Punggawa Militer yang mengawal aksi tersebut mendatangi massa aksi. Ia ditemui Lina dan Farhan—tim negosiator aksi. Kepada Farhan, Danru meminta agar massa aksi pindah ke pinggir jalan supaya lalu lintas kendaraan bisa berjalan normal. Namun, Farhan dan Lina tidak menggubris itu.
Sementara di Balai Sinuhun, Sobir dan sinuhun lainnya mencoba menghubungi Kanjeng Sinuhun. Karena massa aksi hanya mau ditemui oleh Kanjeng. Kepada Sobir, Kanjeng Sinuhun mengaku tengah berada di luar kota. Ia meminta agar Sobir dan para unsur pimpinan lainnya yang menemui.
“Bagaimana ini, Kanjeng tak bisa datang,” kata Sobir.
“Ya sudah biarkan saja. Biar punggawa militer nanti yang tertibkan. Mau bagaimana lagi?!,” timpal Sinuhun Agung.
Saat itu memang hanya 5 orang sinuhun saja yang ada di balai. Termasuk Mr S. Yang mulanya membocorkan kasus proyek perluasan lahan pertanian itu kepada Kaum Hermes. Namun, Mr S, Agung dan Sobir sepakat tidak mau menemui pedemo. “Percuma juga, karena yang dicari Kanjeng Sinuhun,” kata Mr S.
Untuk kali kedua, Danru kembali meminta massa aksi untuk tidak menghalangi jalan. Namun, lagi-lagi mendapat penolakan. Massa mahasiswa tersebut tetap menutup jalan. Waktu menjelang sore, Danru pun mendapat perintah dari kepala Punggawa Militer Sektor agar aksi segera dibubarkan.
Akhirnya pasukan punggawa militer mendesak massa aksi. Terjadilah aksi dorong-dorongan. Bentrokan pun tak bisa dielakkan lagi. Teriakan dan jerit tangis histeris mewarnai Jalan Balai sore itu. Sebagian mahasiswa lari tungganglanggang. Tercatat 12 mahasiswa yang harus dibawa ke rumah sakit akibat terkena pentungan punggawa militer. Termasuk Lina yang tidak sempat menghindar dari amukan petugas.
Kepala Punggawa Militer Sektor mengaku bertanggungjawab atas aksi kekerasan yang terjadi. Namun, ia beralasan demi menjaga ketertiban umum. Bentuk tanggung jawabnya, semua mahasiswa yang mengalami kekerasan dan dirujuk ke rumah sakit, biayanya ditanggung punggawa milliter.
Peristiwa tersebut tidak membuat para mahasiswa jera. Konsolidasi politik mahasiswa dari kampus ke kampus kian massif. Mereka terus menerus melakukan aksi secara berkala. Menyuarakan kebobrokan pemerintah dan para sinuhun. Mereka menganggap para sinuhun sudah tidak amanah dalam menyuarakan kepentingan rakyat.
Kasus bentrokan punggawa militer dengan para mahasiswa itu tak hanya terjadi sekali dua kali. Beberapa aksi demonstrasi berujung bentrokan. Atau paling tidak aksi dorong-dorongan. BERSAMBUNG- Baca Mufakat Kanjeng Sinuhun selanjutnya: Pertemuan Itu. (ived18)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: