Permintaan Batu Bara Meningkat, Ekspor Luar Negeri Melesat
Foto : dok. Samarinda,DiswayKaltim.com - Ekonomi Benua Etam pada triwulan kedua tahun ini tumbuh 5,43 persen (yoy). Ini sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,46 persen (yoy). Meski demikian, Kepala KPw BI Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, pertumbuhan ekonomi Kaltim periode ini tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 5,05 persen (yoy). Sekaligus lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Kalimantan sebesar 5,60 persen (yoy). Tutuk menyebut, kinerja lapangan usaha utama yakni pertambangan dan industri pengolahan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Akselerasi lapangan usaha pertambangan ini dipengaruhi faktor pasokan dan permintaan. Cuaca pada paruh pertama 2019 yang lebih kering memberikan dukungan bagi peningkatan produksi di open pit batubara. Sementara di sisi permintaan, Tutuk menyebut peningkatan permintaan batu bara cukup tinggi dari Tiongkok menjadi pendorong kinerja ekspor luar negeri Kaltim. "Peningkatan permintaan batu bara tersebut sejalan dengan aksi frontloading importir batu bara Tiongkok menyusul rencana kebijakan restriksi impor Pemerintah Tiongkok," ulas dia. Kata Tutuk, akselerasi kinerja lapangan usaha industri pengolahan bersumber dari beroperasinya kembali secara normal kilang minyak Balikpapan paska maintainance rutin di triwulan sebelumnya. Di sisi industri pengolahan non migas, menurut Tutuk, kinerja industri minyak kelapa sawit (CPO) terus membaik, didorong optimalisasi penggunaan B20 serta upaya pengembangan B30. Permintaan dari eksternal ini juga cukup tinggi. Tutuk menuturkan, laju pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan kedua tahun ini tertahan oleh melambatnya kinerja lapangan usaha konstruksi dan pertanian. Pembangunan proyek–proyek berskema tahun jamak yang telah memasuki tahap akhir berdampak pada aktivitas konstruksi yang tidak setinggi periode sebelumnya. "Beberapa proyek tersebut memerlukan tambahan anggaran tahun ini. Sehingga masih memasuki tahapan lelang di awal tahun," urai dia. Dia menyebut, perlambatan lapangan usaha pertanian bersumber dari siklus el nino yang mulai melanda sebagian besar wilayah di Kaltim sejak April lalu. Akibatnya, cuaca lebih panas dan kering ini menyebabkan kurang baik bagi kinerja pertanian terutama sub sektor perkebunan. Sedangkan pada triwulan ketiga tahun ini, BI memprediksi ekonomi Kaltim tumbuh positif. Meski lebih rendah dibandingkan triwulan kedua. Melambatnya ekonomi Kaltim, ini sebut dia, bersumber dari permintaan eksternal komoditas batu bara yang menurun. Tutuk menyebut, Pemerintah Tiongkok menerapkan restriksi impor per Juli 2019 untuk menjaga target impor batu bara sesuai target di akhir tahun ini. Langkah tersebut diambil untuk mendukung penjualan batu bara domestik Tiongkok yang mulai kehilangan kompetitif karena harga di pasar internasional yang terus turun. "Tapi lapangan usaha konstruksi diperkirakan kembali meningkat mengejar target penyelesaian pembangunan proyek-proyek pemerintah di akhir 2019," pungkas dia. (hdd/boy)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: