Perjalanan Politik Putra Penjaga Pantai
Ketika mendeklarasikan Partai Keadilan Pembangunan (AKP: Adalet ve Kalkinma Partisi) yang berhaluan Islam pada Agustus 2001, ia mampu membawa partainya ibarat cahaya yang akan menerangi kegelapan.
Kemenangan partainya dalam pemilu 3 November 2002 dengan 34,1 persen suara bukan secara otomatis menaikkan citra sebagai perdana menteri. Wakil Ketua AKP Abdullah Gul ditunjuk oleh Presiden Ahmet Necdet Sezer.
Tetapi setelah semua kasus yang menimpanya dianggap selesai dan disetujui parlamen, kemudian ia menggantikan Abdullah Gul sebagai Perdana Menteri Turki.
TERPILIH SEBAGAI PRESIDEN
Pada 10 Agustus 2014, Turki menggelar pemilihan presiden (pilpres) secara langsung untuk pertama kalinya setelah 91 tahun. Selama ini, presiden Turki dipilih oleh parlemen. Terdapat 3 calon yang maju dalam Pilpres Turki 2014.
Perdana Menteri Turki Erdogan turut maju dalam pilpres. Sementara 2 calon lainnya adalah Ekmeleddin İhsanoğlu yang merupakan Sekretaris Jenderal Organisasi Konferensi Islam sejak 2005, dan Selahattin Demirtas yang merupakan politisi etnis Kurdi di Turki.
Erdogan terpilih menjadi presiden Turki ke-12 hasil Pilpres Turki yang digelar pada 10 Agustus 2014. Ia memenangi pilpres dengan perolehan 52 persen. Ia mengalahkan 2 pesaingnya. Pada 28 Agustus, Erdogan resmi dilantik menjadi presiden Turki ke-12. Sementara pengganti Erdogan pada kursi perdana menteri adalah Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoğlu.
Ia dilantik di kantor kepresidenan di Ankara. Pelantikannya mengantarkan dia pada era baru di Turki. Karena Erdogan diperkirakan akan mendesak pembuatan konstitusi baru. Yang bisa menstransformasi negeri itu.
Sejumlah kepala negara dari Eropa Timur, Afrika, Asia Tengah, dan Timur Tengah menghadiri pelantikan Erdogan. Termasuk Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
PERCOBAAN KUDETA
Pada 15 Juli 2016 terjadi upaya kedua dari militer yang ingin menggulingkan Erdogan. Kelompok militer yang oleh Pemerintah Turki disebut didalangi oleh Organisasi Teror Fetullah (FETO), kelompok bawah tanah selama ini yang aktif di bidang pendidikan yang dipimpin seorang ulama Fetullah Gulen. Tapi kudeta tersebut mengalami kegagalan. Karena masyarakat turun ke jalan menghalau tank-tank militer dan menyatakan dukungan pada Erdogan.
FETO dituding yang menyusup ke institusi-institusi negara. Terutama militer, peradilan, keuangan, pegawai pemerintah, yang berusaha mengambil alih pemerintah.
Pada malam 15 Juli 2016, tank-tank menutup sebuah jembatan di Istanbul yang menghubungkan Asia ke Eropa. Jet tempur dan helikopter yang terbang di atas Istanbul dan Ankara membom kompleks presiden, gedung parlemen, polisi dan markas intelijen. Sementara warga sipil keluar untuk melawan kudeta.
Pada malam itu, Kepala Staf Militer Hulusi Akar disandera oleh para pemberontak. Hanya karena dia menolak permintaan mendukung kudeta.
Selama kudeta gagal itu, sebanyak 251 orang, termasuk polisi dan warga sipil, menjadi martir. Sedangkan hampir 2.200 orang terluka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: