Peran Pemuda dalam Menentukan Pemimpin


OLEH: RAHMAN BAIDAWI*
Kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 di berbagai daerah di Indonesia akan menjadi ajang untuk menentukan pemimpin di setiap tingkatan daerah atau kabupaten/kota. Kabupaten Paser pun tak luput dari Pilkada 2020 untuk memilih bupati dan wakil bupati Paser.
Saat ini, pemuda merupakan ikon di segala bidang. Begitu juga halnya dalam pesta demokrasi pemilihan kepala daerah. Sosok calon dari kaum muda inilah yang diharapkan membawa perubahan bagi kemajuan daerah. Khususnya Kabupaten Paser. Meski umur tidak lagi muda, tapi pemikiran dari sosok calon yang mempunyai background organisasi kepemudaan dan pro-kebijakan bagi kaum muda, akan mempunyai kans lebih besar untuk mencari dan meraup suara.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menerbitkan aturan baru terkait tahapan dan jadwal Pilkada pada 9 Desember 2020. Hal ini mengacu pada PKPU Nomor 5 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga Atas PKPU Nomor 15 Tahun 2029 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota 2020.
Untuk itu, kontestasi pilkada serentak di Indonesia yang sempat tertunda akhirnya mendapatkan titik terang dengan PKPU tersebut. Hal yang membanggakan bahwa pemuda-pemudi Indonesia yang menjadi bagian tim ad hoc di KPU provinsi dan kabupaten/kota diaktifkan kembali untuk melaksanakan tugas kepemiluan ini. Baik di PPK maupun PPS di setiap daerah.
Pilkada Kabupaten Paser di 2020 tidak terlepas dari trah keluarga H. M. Ridwan Suwidi dan H. Yusriansyah Syarkawi, yang dalam 20 tahun terakhir mewarnai kepemimpinan pemerintah daerah di Kabupaten Paser.
Selain itu, ada figur dari birokrat, pengusaha, dan politisi bahkan pemangku adat yang akan mencoba peruntungan di Pilkada Kabupaten Paser. Masyarakat sudah bisa menerka siapa-siapa saja yang akan maju dalam kontestasi menuju orang nomor satu di Paser.
Jika dilihat tren 2020 ini, banyak pemilih ataupun masyarakat menginginkan pemimpin dari kaum milenial untuk menjadi kepala daerah. Kaum muda dinilai memiliki unsur daya tarik pemilih, kecerdasan intelektual di atas rata-rata, dan gaya kepemimpinan yang tidak kaku. Pemilih dan masyarkat ini perlu diedukasi. Peranan kaum muda di Paser sangat diharapkan untuk terlibat di dalamnya.
Tidak bisa dimungkiri banyak anak muda Paser yang terlibat dalam kepengurusan parpol saat ini. Tapi dalam pengambilan keputusan, mereka tidak bisa berada dalam satu visi misi besar. Kebanyakan lebih terpatron dari parpol mereka. Sebagai penentu kebijakan untuk memutuskan pilihan. Sebetulnya di sinilah peran yang harus dimainkan oleh para milenial ini. Dengan kehadiran mereka dalam kepengurusan parpol untuk memberi masukan dan pemahaman kepada petinggi parpol untuk melihat kapasitas, popularitas, rekam jejak, dan keberpihakan dari calon untuk pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi, keadilan hukum bagi masyarakat lemah, kelestarian lingkungan dari pertambangan yang merusak alam dan kenyamanan serta kebebasan dalam beribadah dan mengeluarkan pendapat di muka umum.
Fungsi sebagai agent of change harus betul-betul menjadi konsentrasi dari generasi Paser saat ini. Bagi saya, pemerintah daerah saat ini tergolong biasa-biasa saja. Punya kelebihan dan kekurangan selama perioderisasi 5 tahun. Karena itu, syarat untuk memajukan daerah ini hendaknya kaum tidak terjebak dalam politik praktis demi untuk mencari uang, pemikiran yang pragmatis dan tidak pernah memberi saran dan masukan yang positif untuk kemajuan daerah.
Pemuda sebagai lokomotif perubahan tentu punya perencanaan, program dan pelaksanaan dari aksi yang ingin dicapai. Pemuda harus mempunyai konsep yang matang dan utuh dalam memahami politik dengan memberi ide dan gagasan.
Di sinilah peran pemuda dapat berjalan dengan baik sebagai fungsi kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah daerah. Jangan karena faktor satu parpol, kawan sekampung atau hubungan keluarga, lantas kita hanya memilih calon itu saja. Tanpa kita tahu bahwa ada calon yang lain mempunyai kapasitas yang lebih mumpuni. Hilangkan itu di dalam pemikiran seorang pemuda. Karena dapat dipastikan pemuda yang seperti itu tidak akan maju dan tidak terdaftar dalam sejarah sebagai pelopor perubahan. Tapi akan dikenang sebagai pemuda yang memiliki pemikiran pragmatis. Mengukur seseorang karena finansial. (*Generasi Muda Paser)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: