Kisah Kepemimpinan Inspiratif, Momen Mengharukan Nabi Muhammad dengan Sahabat Jabir
Ilustrasi kepemimpinan inspiratif.-freepik-
Selanjutnya, Rasulullah Saw. memanggil Bilal seraya bersabda, "Pergilah engkau bersama Jabir, dan serahkan satu uqiyah kepadanya."
Maka, aku pun pergi bersama Bilal. la memberiku satu uqiyah, dan menambahkan lagi sedikit dari itu. Demi Allah, unta itu terus tumbuh besar bersamaku sampai-sampai tempatnya di kediamanku dapat dilihat."
Hikmah dan Pelajaran Kisah percakapan Jabir dan Rasulullah di atas maka akan kita temukan gambaran utuh dan mendalam tentang akhlak Rasulullah dengan para sahabatnya yang menggambarkan betapa lembutnya beliau dalam bergaul.
Kehalusannya dalam berbicara, keakrabannya dalam bercanda, dan cinta yang besar terhadap para sahabatnya di antaranya sebagai berikut:
1. Nabi sangat tersentuh atas cobaan yang menimpa keluarga Jabir. Di mana ayahnya telah syahid dalam Perang Uhud, dan Jabir yang merupakan anak tertua harus memikul tanggung jawab keluarga serta mengurus adik-adiknya yang ditinggalkan ayahnya. Ia pun hidup dalam keadaan serba kekurangan dan tidak memiliki banyak harta dunia.
2. Kebiasaan Rasulullah jika sedang dalam perjalanan bersama para sahabat, beliau selalu menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan mereka satu per satu dan memastikan keadaan mereka baik-baik saja.
Hal ini terbukti dalam kisah ini bahwa nabi menemukan Jabir yang tertinggal pasukan karena untanya yang sangat lemah.
3. Memberi dengan terhormat. Hal ini dapat disaksikan ketika Rasulullah menawar unta Jabir dan membelinya padahal sejatinya beliau hanya ingin menjadikan itu sebagai alasan untuk memuliakan Jabir dan membantunya di tengah kondisi hidup yang sulit itu.
4. Kelembutan dalam bergaul, hangatnya dalam berbicara, dan candaannya yang halus dan menyenangkan kepada para sahabatnya.
Hal ini dapat dilihat ketika beliau bertanya tentang istri dan rumah tangganya Jabir, dengan gaya bertanya yang hangat dan bersahabat.
Demikianlah kisah dan teladan mulia dari manusia paling mulia sejagat raya untuk kita ambil hikmah dan meneladaninya.
Untuk diketahui tulisan ini bersumber dari kitab Fiqhus Sirah karya Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthi [Damaskus, Darul Fikr, cetakan ke 25: 1426 H] halaman 194 - 201 dengan beberapa penyesuaian.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
