Data Stunting di Mahulu Tidak Sama, Dinkes: Ada Masalah Serius yang Perlu Ditangani
Kepala Dinkes Mahulu, dr Petronela Tugan-Iswanto/ Nomorsatukaltim-
“Gizinya (kurang) ini bisa karena kemampuan untuk membeli tidak ada, atau cara mengolahnya juga tidak cocok. Maksudnya, orang itu tidak paham cara mengolah makanan untuk gizi yang seimbang. Atau bahannya tidak ada, seperti di wilayah perbatasan kan susah sekali mendapatkan makanan bergizi,” tuturnya.
Ia menekankan, faktor gizi sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Karena itu, tantangan besar ke depan adalah bagaimana memastikan anak-anak di Mahulu bisa mendapat asupan gizi yang seimbang agar kasus stunting bisa ditekan.
“Ini menjadi PR kedepan, karena penanganan stunting ini butuh kerja sama semua pihak, termasuk juga masyarakat, bagaimana dia memberi asupan gizi kepada anaknya,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Perkumpulan Aparatur Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Papdesi) cabang Mahulu, Stepanus menyebutkan, bahwa kendala utama penanganan stunting di tingkat kampung yakni rendahnya kesadaran masyarakat terkait budaya hidup sehat.
BACA JUGA: Sekolah di Perbatasan Mahulu: Guru dan Fasilitas Kurang, Listrik hingga Foto Presiden Belum Ada
Menurutnya, penanganan stunting bukan semata soal anggaran, tapi kesadaran masyarakat sangat penting untuk terus di bangun.
“Selama 3 tahun ini, kami menghadapi tantangan bukan dari sisi anggaran, tapi dari minimnya kesadaran masyarakat,” ujar Stepanus yang juga petinggi Kampung Laham.
Ia menjelaskan, bahwa dalam berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi yang dilaksanakan pemerintah kampung bersama pihak puskesmas, tingkat partisipasi masyarakat masih sangat rendah.
Hal ini membuat berbagai program yang dirancang untuk menurunkan angka stunting tidak berjalan optimal. “Setiap ada program atau kegiatan, respons masyarakat sangat kurang. Banyak yang tidak proaktif, seolah tidak menganggap serius permasalahan ini,” katanya.
BACA JUGA: Akses Jalan Sulit, Camat Long Apari Singgung Kelancaran Program Makan Bergizi Gratis di Perbatasan
Stepanus menyebut, meskipun pihaknya telah menjalin kerja sama dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, upaya itu kerap tidak membuahkan hasil karena rendahnya keterlibatan warga.
Ia menambahkan, rendahnya pemahaman tentang pentingnya pola asuh, asupan gizi, serta pencegahan stunting masih menjadi tantangan besar di wilayahnya.
“Hasil evaluasi selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, terutama terkait stunting, masih sangat minim,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
