Tayangan Televisi Dinilai Lecehkan Pesantren, MUI Balikpapan: Tidak Pernah Mondok Kok Mengomentari Pondok
Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Balikpapan, Ahmad Rosyidi.-Chandra/Disway Kaltim-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Balikpapan, Ahmad Rosyidi, menanggapi tayangan televisi salah satu stasiun TV swasta yang dianggap menghina pesantren.
Program itu dianggap melecehkan tradisi santri serta menampilkan narasi yang tidak menghormati kultur keagamaan.
Tayangan tersebut menimbulkan reaksi keras, terutama dari kalangan santri.
BACA JUGA: Korban Tenggelam di Benua Patra Balikpapan Ditemukan Meninggal Dunia
Rosyidi menyebut, Indonesia adalah negara yang majemuk dan keberagaman merupakan pondasi utama dalam menjaga kerukunan antarumat.
Ia menegaskan, tidak ada satu pun pihak yang berhak merendahkan ajaran atau tradisi suatu kelompok, termasuk dunia pesantren.
"Indonesia ini beragam, ada enam agama yang diakui negara. Kalau kemudian ada pihak yang mengusik dunia pesantren, wajar kalau muncul kemarahan. Apalagi yang berbicara bukan orang pondok, tidak pernah mondok, kok mengomentari pondok. Itu fatal," tegas Rosyidi, saat ditemui Senin 20 Oktober 2025.
BACA JUGA:Hari Penglihatan Sedunia, Gapopin Kaltim-Kaltara Bagikan Ratusan Kacamata Gratis di Balikpapan
Menurutnya, kesalahan mendasar tayangan itu terletak pada pelanggaran terhadap kehormatan dan wilayah pesantren.
Bagi Rosyidi, pesantren adalah ruang moral dan spiritual yang hanya bisa dipahami oleh orang yang pernah menjadi bagian darinya.
Ia menambahkan, kritik terhadap pesantren boleh dilakukan bila bersifat konstruktif dan memahami konteksnya.
Namun, bila narasi yang disampaikan sudah mengarah pada pelecehan terhadap kiai dan santri, maka tindakan tersebut tidak bisa ditoleransi.
"Tidak kenal Kiyai tapi mengomentari Kiyai, tidak paham pesantren tapi mengomentari pesantren. Itu jelas sudah keliru,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
