Pasar Subuh Sudah Tiada, Pedagang Sesalkan Pembongkaran Tanpa Kompromi

Sabtu 10-05-2025,20:33 WIB
Reporter : Mayang Sari
Editor : Didik Eri Sukianto

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Sejumlah lapak kecil yang menjajakan berbagai aneka daging, sayur mayur dan buah-buahan yang biasanya tersusun rapi sejak dini hari hingga pukul 09.00 Wita, di Pasar Subuh, Jalan Yos Sudarso, Samarinda kini telah tiada.

Aktivitas jual beli pada Jumat, 9 Mei 2025 itu pun ditiadakan. Barrier orange pembatas jalan terpasang melintang dari radius 100 kilometer dari titik lokasi Pasar Subuh sejak dini hari. Arus lalu lintas pun dialihkan Dinas Perhubungan.

Para pedagang berkumpul bersama mahasiswa sejak subuh, berharap agar dapat berunding terlebih dahulu sebelum pemerintah datang membongkar.

"Ya, tentunya kami khawatir. Sebab di sini kan tempat kami menyambung hidup selama ini," ucap salah satu pedagang.

BACA JUGA: Penertiban Pasar Subuh di Samarinda Ricuh, Pedagang Menolak Pindah, Pemkot Tetap Jalankan Sesuai Jadwal

Namun, nasib berkata lain, tepat pukul 08.00 Wita, jalan menuju pasar legendaris di Samarinda itu berubah mencekam saat puluhan Satpol PP datang membawa peralatan lengkap bersama pasukan TNI, dan Polsek Samarinda Kota untuk membongkar kios dan mensterilkan jalan.

Berbekal barikade dalmas berompi lengkap dengan tongkat pemukul dan tameng, mereka pun melangkah maju. Berhadapan dengan massa yang menentang penggusuran.

Meski sempat terjadi aksi protes dengan penandatanganan petisi yang dilakukan para pedagang dan mahasiswa, namun hal itu tidak menyurutkan pemerintah untuk menghentikan pembongkaran.

Kericuhan pun pecah, aksi dorong-dorongan dan penghadangan oleh pedagang dan mahasiswa pun sia-sia.

BACA JUGA: Wali Kota Samarinda Klarifikasi Isu Pecinan di Balik Relokasi Pasar Subuh

Satu per satu lapak para pedagang pun dihancurkan oleh Satpol PP dan dibersihkan oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup.

Isak tangis para pedagang pun tak diindahkan petugas kepolisian yang mengamankan lokasi sekitar.

Para pedagang pun terisak di sudut gang menyaksikan puing-puing kios yang porak poranda berserakan tempat mereka menggantungkan hidup dihancurkan tanpa kompromi dan tanpa ruang untuk mediasi.

Salah satu pedagang, Farida (50) telah berniaga di pasar legendaris itu kurang lebih 25 tahun lamanya. Ia pun tak sanggup menahan air mata melihat kiosnya dibongkar secara paksa menggunakan peralatan linggis, palu dan alat pemotong lainnya.

BACA JUGA: Polemik Pemindahan Pasar Subuh: 4 Mei Mulai Relokasi, Baru 3 Orang Ambil Nomor Lapak Baru

Kategori :