Sejak 2022, geng Wharf Jeremie dan kelompok-kelompok lain telah berperang untuk mengontrol infrastruktur vital tersebut.
BACA JUGA: Kontrakan Lima Pintu di Paser Hangus Terbakar, Diduga karena Arus Listrik
BACA JUGA: Tak Jera, Residivis di Balikpapan Tertangkap Lagi karena Simpan Belasan Paket Sabu Siap Edar
Kekerasan ini mengakibatkan ribuan orang mengungsi, layanan kesehatan dan pendidikan terganggu, serta infrastruktur penting rusak atau hancur.
Seruan PBB untuk Tindakan Internasional
Volker Turk menyerukan komunitas internasional untuk segera mengambil langkah dalam menangani akar masalah kekerasan ini.
Ia menekankan pentingnya memperkuat Kepolisian Nasional Haiti dengan pengawasan yang ketat dan dukungan internasional agar mereka bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia.
“Misi Dukungan Keamanan Multinasional yang disetujui PBB, dipimpin oleh polisi Kenya, memerlukan sumber daya yang memadai untuk secara efektif memerangi kekerasan geng,” jelas Turk.
BACA JUGA: Judi Online Jadi Salah Satu Pemicu Utama Perceraian di Berau Sepanjang Tahun 2024
Ia juga menegaskan perlunya penegakan penuh sanksi dan embargo senjata untuk mencegah masuknya senjata ke Haiti, yang sering kali jatuh ke tangan geng kriminal.
Menurut Turk, senjata-senjata ini menjadi penyebab langsung ribuan kematian dan mengakibatkan gangguan besar terhadap kehidupan masyarakat.
“Memulihkan supremasi hukum harus menjadi prioritas utama,” tambahnya.
Selain kekerasan geng, Haiti juga menghadapi krisis ekonomi, politik, dan hak asasi manusia yang mendalam.
BACA JUGA: Paman di Paser Coba Rudapaksa Keponakan Sendiri
BACA JUGA: Komplotan Asal Balikpapan Curi 20 Tiang Telkom di Kota Bangun, Kerugian Pencapai Rp 40 Juta
Ancaman kelaparan semakin nyata, sementara infrastruktur yang rusak semakin memperburuk kondisi kehidupan bagi lebih dari 11 juta penduduk negara itu.