Co-Firing di PLTU Teluk Balikpapan, Transisi Energi atau Ancaman Ekologi?

Jumat 08-11-2024,11:59 WIB
Reporter : Salsabila
Editor : Hariadi


Limbah kayu semacam ini yang menjadi bahan dasar biomassa.-(Disway Kaltim/ Salsa)-

Kerja sama DLH dan UPTD TPAS Manggar

Pemerintah Kota Balikpapan, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan UPTD TPAS Manggar, berkolaborasi dengan PT PLN untuk mengelola sampah organik sebagai bahan bakar biomassa yang ramah lingkungan. 

Dijelaskan pihak TPA Manggar, Harianto, kerja sama tersebut mencakup operasionalisasi mesin pengolah biomassa, bantuan renovasi fasilitas, dan integrasi dengan program penanganan sampah dari ruang terbuka hijau (RTH) di kota. 

Dengan ini, sampah organik seperti ranting, daun, dan potongan kayu dari hasil pemangkasan rutin di Balikpapan kini dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi karbon sekaligus mengurangi penumpukan sampah di TPAS.

PLN menghibahkan tiga mesin utama untuk pengolahan sampah organik, yang meliputi mesin pencacah kayu (woodchipper), pencacah daun, dan pencetak pellet. 

Mesin-mesin ini memainkan peran kunci dalam proses pengolahan biomassa di TPAS Manggar. 

Sebelum program ini, fasilitas TPAS sebagian besar digunakan untuk pengolahan kompos, dan bangunan yang digunakan sempat mengalami kerusakan. 

PLN turut memberikan bantuan perbaikan bangunan ini agar dapat digunakan kembali untuk pengolahan biomassa. 

Dengan adanya mesin dan renovasi bangunan tersebut, TPAS Manggar kini mampu menghasilkan woodchip dari bahan-bahan organik yang bisa langsung dimanfaatkan sebagai bahan bakar biomassa bagi PLTU Teluk Balikpapan.

Dalam program ini, TPAS Manggar mengolah sekitar 5-10 ton biomassa per bulan, dengan sebagian besar bahan baku berasal dari limbah pohon dan kayu yang dikumpulkan dari RTH, pemangkasan pohon kota, dan penataan taman. 

DLH memiliki unit kerja khusus yang menangani penataan RTH, termasuk pemangkasan dan penebangan pohon, yang rutin menghasilkan limbah organik dari berbagai titik di Balikpapan. 

“Setiap hari, unit kerja ini mengirimkan sekitar 1-3 ton sampah organik ke TPAS Manggar, yang kemudian ditimbang sebelum diproses lebih lanjut,” jelas Harianto.

Setelah ditebang, kayu masih dalam kondisi basah dan beratnya bisa lebih tinggi, tetapi seiring proses pencacahan dan pengeringan, kadar airnya berkurang dan beratnya juga menyusut. 

Limbah yang telah dikeringkan dan dicacah ini, yang kini lebih ringan, menjadi produk woodchip atau pellet yang bisa digunakan sebagai campuran bahan bakar di PLTU.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan biomassa sebagai bahan bakar tambahan, PLN telah menetapkan target bahwa setidaknya 3 persen dari total bahan bakar PLTU berasal dari biomassa, untuk mengurangi emisi karbon dan mengurangi ketergantungan pada batu bara. 

Saat ini, PLTU Teluk Balikpapan membutuhkan sekitar 3.000 ton batu bara per hari, yang berarti pasokan biomassa sekitar 90 ton per hari diperlukan untuk mencapai target co-firing 3 persen tersebut. 

Kategori :