BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Penelitian terbaru mengungkapkan fakta mengejutkan terkait ribuan bahan kimia berbahaya yang ditemukan di tubuh manusia akibat konsumsi makanan kemasan.
Studi yang diterbitkan dalam Journal of Exposure Science and Environmental Epidemiology menunjukkan bahwa lebih dari 3.600 bahan kimia yang digunakan dalam pengemasan dan pemrosesan makanan terdeteksi dalam sampel tubuh manusia.
Bahan kimia yang disebut food contact chemicals (FCCs) ini teridentifikasi dalam sampel urin, darah, hingga air susu ibu.
Peneliti menemukan bahwa bahan kimia berbahaya seperti PFAS dan bisphenol A, yang telah diketahui berisiko bagi kesehatan, hanya sebagian kecil dari zat berbahaya yang terdeteksi.
BACA JUGA: Pembangunan di IKN Bikin Sektor Kuliner di Balikpapan Ikut Tumbuh
BACA JUGA: Viral Fenomena 'Bulan Kembar' Akhir Bulan ini, BRIN Ungkap Ukuran Sebenarnya
Penelitian ini melibatkan perbandingan antara lebih dari 14.000 bahan kimia yang dikenal sebagai FCCs dengan data dari lima program pemantauan biomarker manusia dan berbagai studi ilmiah.
Hasilnya, sekitar 3.601 bahan kimia, atau 25 persen dari FCCs yang diketahui, teridentifikasi berada di dalam tubuh manusia.
"Penelitian kami mengaitkan bahan kimia kontak makanan dengan paparan manusia serta kesehatan. Ini juga menyoroti banyak bahan kimia yang belum pernah diperhatikan dalam studi biomonitoring sebelumnya dan membuka peluang penting untuk pencegahan serta perlindungan kesehatan," kata Dr. Birgit Geueke, penulis utama studi tersebut dilansir dari Medical Daily, Minggu (29/9/2024).
Dr. Jane Muncke, penulis senior studi ini, menegaskan bahwa bahan kemasan makanan tidak sepenuhnya aman meski sesuai dengan regulasi.
BACA JUGA: 55 Persen Perempuan Indonesia Masih Sunat, Pelanggaran HAM Jadi Sorotan
BACA JUGA: Banyak Artis Hollywood Diduga Terlibat Skandal P Diddy
Menurutnya, bahan-bahan tersebut dapat memindahkan zat kimia berbahaya ke dalam tubuh manusia.
"Kami ingin bukti baru ini digunakan untuk meningkatkan keselamatan bahan kontak makanan, baik dari sisi regulasi maupun pengembangan alternatif yang lebih aman," jelas Muncke.
Para peneliti juga menyuarakan kekhawatiran mereka karena masih banyak zat kimia yang belum diteliti secara mendalam, sehingga risiko yang mungkin ditimbulkan terhadap kesehatan manusia belum sepenuhnya diketahui.