Respons Hidung

Kamis 22-07-2021,05:40 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

”Kalau merokoknya di tengah jalan, ya pasti meninggal juga, Pak,” jawabnya.
Dokter hewan Indro ingin menegaskan: ia tidak pernah mengeklaim garam krosok sebagai obat virus. Yang ia sebar luaskan adalah: garam krosok dengan konsentrasi 0,9 persen bisa melepaskan virus dari mukosa di hidung.

Dengan demikian, virus tersebut tidak akan masuk ke paru-paru atau organ lain.
Dokter hewan Indro juga menegaskan, ”Kalau virus sudah telanjur melewati hidung, protokol rakyat itu sudah tidak berguna.”

Untuk melahirkan protokol rakyat itu, Indro berbulan-bulan di laboratorium. Bacalah catatannya di bawah ini. Ia sendiri menyebut protokol rakyat itu sebagai rumus konyol. Menarik. Terutama bagi yang suka tenggelam di lab:

Semua berawal setelah kami bekerja empat bulan di dalam lab. Kami berhasil menumbuhkan virus Covid-19 di sel vero. Kami sangat gembira saat itu.

Setelah itu, kegembiraan tersebut langsung berubah menjadi kebingungan: kami TIDAK BISA melepaskan ikatan virus dengan sel vero itu. Virus+hancuran sel MENEMPEL sangat erat di dasar tabung tissue culture flask.

Dalam kondisi normal, ikatan virus ke sel vero bisa dengan mudah dilepas. Yakni dengan menggunakan metode COLD SHOCK: tabung dibekukan di suhu -80°C, lalu dicairkan kembali. Sebanyak tiga kali. Kami pun melakukan itu. Tapi, metode tersebut tidak berhasil. Virus dan sel tetap menempel. Tidak bisa dilepas.
Kami menghabiskan 3 bulan lagi begadang di lab.

Kami pun mencoba menggunakan listrik 20 V. Tidak berhasil. Kami coba gunakan enzim. Juga gagal. Kami coba tripsin. Tetap tidak mau lepas.

Di saat di ujung stres, saya jalan kaki berkeliling perumahan. Lalu, nongkrong di bekas pemancingan. Saya pun merokok. Sendirian. Seperti orang gila.

Tiba-tiba saya ingat: dasar tabung tissue culture flask itu kan di-coating dengan ion (+). Sehingga jika virus memiliki muatan (-) yang besar, virus akan menempel kuat di dasar tabung flask.

Berarti untuk melepas virus itu saya harus menggunakan reagen khusus. Yakni yang memiliki ikatan ionik (+) & (-) sekaligus. Itu untuk mengganggu kestabilan ikatan virus dengan sel di dasar tabung flask.

Pilihan pertama saya menggunakan cairan NaCl 0,9 % (NaCl fisiologis). Itu karena dia memiliki ikatan (+) & (-) sekaligus. Saya merendam dan membilas flask berisi tempelan virus itu menggunakan NaCl 0,9 %.
Pada setiap bilasan saya ukur loading virus di dasar flask.

Dua kali saya menggunakan mikroskop untuk mengecek cell scrapper dan sisa hancuran sel yang berisi virus.
Loading virusnya saya cek dengan menggunakan RT-PCR dengan 4 primer (green = primer E, orange = primer RdRp, red = primer N, & yellow = Internal Control).
Bilasan pertama (PCR A1 + A2) range CTV virus 28–38.

Di bilasan kedua (PCR B1 + B2) range CTV virus 32->40. Berarti sudah negatif.
Pada bilasan ketiga (PCR C1 + C2) range CTV virus 43. Negatif
Bilasan keempat (PCR D1 + D2) range CTV semua negatif.

(video akhir menunjukkan debris sel dan virus yang terlepas setelah bilasan ketiga).
Metode pemberian NaCl terbukti berhasil melepaskan virus dari sel. Sehingga kami bisa melanjutkan penelitian dan propagasi virus.

Kemudian sebuah ide terlintas, jika NaCl 0,9 % bisa melepas ikatan virus-sel apakah mungkin bisa dilakukan sebagai aplikasi lapangan untuk membantu mencegah paparan virus di rongga hidung.

Kemudian, kami melakukan uji coba menggunakan cairan infus sodium chloride (NaCl 0,9 %) yang ada di pasaran. Itu saya cobakan mencuci hidung + kumur untuk kawan-kawan yang ter-swab PCR positif.

Tags :
Kategori :

Terkait