Kekuatan Besar Menuntut Tanggung Jawab Besar

Kekuatan Besar Menuntut Tanggung Jawab Besar

OLEH: ARIEF ANDHIKSANA

Ungkapan ini rasanya penuh wibawa dan sering kita gunakan. Sebagaimana kita tahu, ini adalah ungkapan dari seorang tokoh yang superhero asal komik marvel (patennya dipegang Sony). Yang bernama spiderman. Spiderman adalah salah satu tokoh hero yang unik dibandingkan tokoh Hero Marvel lainnya. Keunikan spiderman bukan pada kekuatannya yang mampu bergerak lincah bak laba-laba. Tetapi terletak pada ada sisi manusiawinya yang jauh lebih menonjol dibandingkan superhero yang lain.

Nah, dalam salah satu scene ada adegan di mana sang paman dari tokoh spiderman berwasiat kepada spiderman dengan kata-kata seperti di judul kita kali ini. Kuitipan inilah yang ingin coba saya bahas kali ini. Apakah ia memiliki relevansi yang kuat atau tidak?

Kutipan ini terlihat bijaksana tapi sayangnya punya satu kekurangan. Apa itu? Ternyata kita bukan superhero. Kita hanyalah orang biasa. Kita bukanlah seseorang dengan kekuatan yang besar. Karenanya kita menjadi tidak “harus” memiliki tanggung jawab yang besar.

Bagaimana agar kutipan ini bisa tetap kita “gunakan”? Rasanya ada versi yang lebih tepat untuk kita. Bagaimana kalau kita balik kutipan tersebut menjadi, “Tanggung jawab yang besar menuntut kekuatan yang besar.”

Rasanya jadi lebih cocok buat kita. Lebih manusiawi. Enggak hero-hero banget. Semakin kita memilih untuk menerima tanggung jawab dalam kehidupan kita, maka semakin besar kekuatan yang dibutuhkan untuk menjalaninya. Tidaklah sama tanggung jawab sebagai pemimpin partai politik, pimpinan lembaga tahfidz quran, pimpinan ormas, dengan yang bukan siapa-siapa alias hanya follower saja.

Semakin besar tanggung jawab, maka tuntutan akan daya dukung kekuatan akan menjadi semakin besar. Ada hal-hal baru yang harus dipelajari. Ada mindset baru yang harus dilatih dan ada belief baru yang harus diyakini untuk menyelesaikan tanggung jawab tersebut. Ini proses pembelajaran yang tidak mudah, tidak murah, dan menyita waktu.

Harus ada kemampuan diri untuk terus mengembangkan kapasitas kita seiring dengan bertambahnya tanggung jawab kita. Ada ungkapan yang mengatakan, janganlah meminta Tuhan untuk mengurangi tanggung jawab kita. Tetapi mintalah kepada Tuhan untuk menguatkan punggung kita saat menerima tanggung jawab tersebut. Saya pikir ungkapan ini menguatkan ungkapan yang sedang kita bahas kali ini.

Lalu, apa yang harus dilakukan agar kita memiliki kekuatan yang dibutuhkan? Pertama, menerima tanggung jawab. Menerima tanggung jawab atas masalah yang kita hadapi menjadi langkah pertama untuk menyelesaikannya. Banyak orang yang enggan bertanggungjawab atas permasalahan mereka. Karena mereka percaya bahwa mengambil tanggung jawab terhadap suatu masalah sama dengan menjadi pihak yang dipersalahkan atas masalah tersebut.

Tanggung jawab dan kesalahan sering tampil berbarengan dalam budaya kita. Tetapi kedua hal itu tidaklah sama. Pikiran yang jernih akan mampu membedakan antara keduanya. Dan inilah risiko terberat seorang pemimpin. Kadang kita harus bertanggungjawab terhadap hal-hal yang bisa jadi bukan merupakan kesalahan kita. Tapi itulah kehidupan.

Kedua, menjadi pembelajar yang cepat. Ini jelas merupakan skill yang harus dimiliki setiap pemimpin (leader) yang memutuskan untuk mengambil tanggung jawab. Pengetahuan dan data akan menjadi bentuk superpower kita sebagai “hero” di tengah masyarakat.

Jim Kwik, pelatih memory nomor satu di planet ini mengatakan, “If knowledge is power then learning is your superpower.” Dengan adanya pengetahuan/keterampilan baru dibarengi data yang valid, maka akan diperoleh tindakan dan keputusan yang menjadi solusi bagi masalah yang kita hadapi. Inilah yang akan menjadi kekuatan kita.

Ketiga, kolaborasi dengan sumber daya di luar diri kita. Semakin besar tanggung jawab, maka kebutuhan terhadap kekuatan semakin besar. Bahkan bisa jadi ia tidak bisa lagi dipikul oleh satu individu. Tetapi oleh sekelompok orang. Maka menghimpun tim yang mampu menerima beban tanggung jawab secara bersama adalah kebutuhan berikutnya. Semakin banyak sumber daya yang bergabung, maka semakin ringan tanggung jawab yang dipikul. Jika tanggung jawab itu adalah beban, maka ada banyak para pemikul beban di luar sana yang menunggu kolaborasi dari diri kita. Ajak mereka. Sesuai dengan konteks kebutuhan mereka masing-masing. Maka insyaallah tanggung jawab yang besar itu akan lebih mudah ditunaikan.

Saya pikir jika ketiga hal di atas bisa kita lakukan dengan baik dan cermat, rasanya kita akan lebih siap menerima tanggung jawab yang lebih besar dari waktu ke waktu. (*Dosen Teknik Kimia-Politkenik Negeri Samarinda/Direktur Beruang Madu Institute Balikpapan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: