Dibolehkan Bagi yang Mau Ibadah, Syaratnya Pakai Masker

Dibolehkan Bagi yang Mau Ibadah, Syaratnya Pakai Masker

Parkiran Klenteng Sam Poo Kong di Semarang yang tampak lengang dari kendaraan. Padahal biasanya selalu ramai. (Ariyansah/Disway Kaltim) Wabah coronavirus disease terasa sekali di Semarang. Kota yang dikabarkan banyak orang menengah atasnya terindikasi mengidap wabah dari Tiongkok itu. Salah satu tempat yang bisa menggambarkan “kesunyian” itu adalah Klenteng Sam Poo Kong. Jujugan wisata yang menasional. Reporter Disway Kaltim Ariyansah melaporkan langsung dari Semarang. ----------------------------- DARI sekian banyak tempat wisata di Kota Semarang, Jawa Tengah, Klenteng Sam Poo Kong salah satu di antaranya yang wajib dikunjungi. Klenteng ini menyimpan nilai sejarah yang kental. Ya, pernah menjadi tempat persinggahan dan pendaratan pertama laksamana Tiongkok beragama Islam. Bernama Zeng He. Alias Cheng Ho. Lokasi klenteng ini berada di sebelah barat daya Kota Semarang. Tepatnya, Jalan Simongan, Bongsari, Kecamatan Semarang Barat. Menurut cerita masyarakat Kota Semarang. Tentang asal muasal klenteng tersebut. Kala itu Laksamana Zheng He sedang berlayar melewati Laut Jawa. Namun saat melintasi Laut Jawa, banyak awak kapalnya yang jatuh sakit. Kemudian ia memerintahkan untuk membuang sauh. Kapalnya pun merapat ke Pantai Utara Semarang untuk berlindung di sebuah gua. Kemudian mendirikan sebuah masjid di tepi pantai. Sekarang telah berubah fungsi menjadi kelenteng. Bangunan tersebut sekarang terletak di Tengah Kota Semarang. Karena Pantai Utara Jawa yang selalu mengalami proses pendangkalan. Hal ini menyebabkan adanya proses sedimentasi sehingga lambat laun, daratan Pulau Jawa makin bertambah luas ke arah utara. Konon, setelah Zheng He meninggalkan tempat tersebut karena ia harus melanjutkan pelayarannya, banyak awak kapalnya yang tinggal di Desa Simongan. Menikah dengan penduduk setempat. Mereka bersawah dan berladang di tempat itu. Zheng He memberikan pelajaran bercocok-tanam serta menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Bahkan, di Kelenteng ini juga terdapat Makam seorang juru mudi dari Kapal Laksamana Cheng Ho. Reporter Disway Kaltim Ariyansah mencoba berkunjung ke tempat ini, Senin (13/4). Melihat secara langsung tempat bersejarah yang menjadi salah satu lokasi wisata favorit di Kota Lumpia itu. Dari tempat menginap, Kecamatan Tembalang. Berjarak 13 kilometer dari Klenteng Sam Poo Kong itu. Perjalanan ke sana memakan waktu kurang lebih setengah jam. Dari tempat menginap itu. Itu durasi waktu perjalanan yang cukup cepat. Karena arus lalu lintas tak begitu padat saat wabah COVID-19 ini. Disway Kaltim bersama salah satu kawan. Aru namanya. Asal Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Kami tiba di sana sekira pukul 13.30 WIB. Hari itu, tampaknya hari yang kurang beruntung bagi kami. Suasana tampak luar parkiran klenteng itu terlihat sepi. Seperti tak ada kehidupan. Hanya ada satu petugas keamanan berjaga di pojok pintu masuk, sebelah kiri gerbang klenteng itu. Kami pun menghampiri petugas itu. Untuk bertanya, masuk ke klenteng itu. Tak lama, keluar dua petugas lainnya. Satu di antaranya, koordinator lapangan keamanan klenteng bersejarah itu. Wabah coronavirus disease memberi efek signifikan kepada operasional klenteng itu. "Klenteng ini tutup sementara Mas. Tutupnya akhir Maret lalu. Ini sudah sekitar 3 pekan tutup. Sampai batas waktu yang tak ditentukan. Ya karena wabah virus Corona ini," kata Hariyanto, koordinator lapangan keamanan klenteng itu. Rupanya, pengelola Klenteng Sam Poo Kong tak mau ambil risiko. Menurut Hariyanto, berdasarkan imbauan pemerintah daerah, seluruh tempat wisata di Kota Semarang wajib tutup, selama masa pandemi ini. Termasuk Klenteng Sam Poo Kong. Akibatnya, kami pun yang hendak masuk hanya sekadar melihat-lihat suasana di dalam tidak diperbolehkan. Termasuk ambil foto sebagai dokumentasi. "Kita ikut arahan pemerintah. Semua (tempat wisata) tutup. Ada suratnya. Tak hanya dari pemerintah daerah, dari kepolisian juga ada imbauannya," katanya. Klenteng ini, memiliki dua fungsi. Sebagai tempat ibadah dan tempat wisata. Fungsinya sebagai tempat ibadah tetap dibuka. Namun bagi warga yang hendak masuk beribadah, pengamanan diperketat. Harus menggunakan masker. Pun masuknya tak bisa ramai-ramai. Meski demikian, terdapat penurunan jumlah warga yang datang beribadah selama masa pandemi ini. "Biasanya yang datang beribadah ramai-ramai. Bisa puluhan orang. Sekarang tinggal satu dua orang. Ya mungkin karena sudah sadar, karena ini masa pandemi. Jadi banyak yang ibadah di rumah. Tapi bagi yang datang mau ibadah di sini, ya kami persilakan. Tapi kami imbau untuk pakai masker," beber Hariyanto. Tempat wisata dan tempat ibadah di kelenteng itu dikelola pihak swasta. Yayasan Sam Poo Kong. Untuk jumlah pengunjung per hari rata rata 500 orang. Untuk hari libur, weekend, bisa meningkat mencapai hampir seribuan pengunjung. Di hari-hari libur tertentu, misalnya Imlek. Bisa lebih ramai. Mencapai lima ribu pengunjung. "Pengunjung kebanyakan dari luar daerah. Ada yang dari Bandung, Jakarta, Bogor, Cirebon. Mereka datang rombongan. Pakai bus. Ada juga dari Yogyakarta dan Solo," ungkapnya. Tarif masuk ke tempat wisata ini dipasang Rp 8 ribu, untuk dewasa. Anak-anak Rp 5 ribu. Ini berlaku Senin - Kamis. Sementara Jumat - Minggu dan libur nasional Rp 12 ribu untuk dewasa. Anak-anak Rp 8 ribu. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: