Bulungan Masuk Daerah Rawan Karhutla dan Banjir

Bulungan Masuk Daerah Rawan Karhutla dan Banjir

Bulungan masuk dalam daerah rawan banjir, seperti yang terpantau beberapa waktu lalu. (Heri Muliadi/DiswayKaltara) Bulungan, DiswayKaltim.com - Kabupaten Bulungan memiliki kondisi geografis yang beragam, mulai dataran tinggi hingga rendah membuatnya tak lepas dari rawan bencana. Diantaranya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dan banjir. Khusus Kecamatan Tanjung Selor dan Kecamatan Tanjung Palas Timur menjadi daerah langganan untuk karhutla, terdata di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bulungan. “Terpantau bulan Maret April dan Juli ini sudah 11 kejadian karhutla,” ungkap Fatokah, kepala Pelaksana BPBD Bulungan kepada DiswayKaltara, Sabtu (27/7). Daerah pantau kebanyakan terjadi di Kilometer 9 Desa Bumi Rahayu dan Kilometer 12 Desa Gunung Sari Kecamatan Tanjung Selor. Dan wilayah Desa Wonomulyo serta Desa Tanjung Agung Kecamatan Tanjung Palas Timur. “Sedangkan wilayah lain itu sangat jarang terjadi, malah di Tanjung Selor ini sering ada karhutla,” ucapnya. Terpantau sebanyak 1.800 desa se Indonesia yang rawan terjadi bencana, termasuk beberapa desa di Kabupaten Bulungan. Terutama untuk kebakaran ini bisa diprediksi di Agustus dan September. Untuk itu sesuai perintah Presiden Joko Widodo menekankan kepada BPBD untuk melakukan pencegahan dengan melakukan simulasi siaga menghadapi bencana kepada masyarakat. “Beberapa desa sudah kita lakukan simulasi, seperti Desa Salimbatu, Desa Panca Agung, Desa Apung. Dan rencananya tanggal 2 dan 3 Agustus kita berikan simulasi kepada warga Desa Mangkupadi,” sebutnya. Untuk wilayah banjir paling sering terjadi di Kecamatan Peso, Kecamatan Tanjung Selor, Desa Wonomulyo Kecamatan Tanjung Palas Timur dan Desa Panca Agung Kecamatan Tanjung Palas Utara. Untuk itu BPBD Bulungan sudah mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Kaltara agar diberikan alat deteksi banjir yakni Early Warning System (EWS). “Ada 4 titik yang bakal kami pasangi alat ini yaitu di Peso, Tanjung Palas Timur di Wonomulyo dan Sajau Pungit, dan Sekatak,” jelasnya. Adapun materi simulasi yang paling banyak diberikan soal kegempaan, karena kedatangannya tak dapat diprediksi. Berbeda dengan bencana lain seperti banjir, jika sudah terjadi hujan di wilayah hulu maka menjadi banjir. Namun gempa kata dia tak bisa dideteksi keberadaannya. Dalam menghadapi gempa, jangan mudah panik dalam menyelamatkan diri. “Kedepannya kita melakukan simulasi dengan sistem Door To Door di setiap sekolah,” tutupnya. (*/ady/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: