Langit Samarinda Gelap, Hilal Tak Tersaji: Data Minus 2 Derajat Jadi Sorotan

Pemantauan hilal di Kota Samarinda digelar di Masjid Syah Mahmuddin, atap Hotel Five Premiers lantai 11 di Jalan Bhayangkara, Sabtu (29/3/2025).-Disway/ Salsa-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Pada Sabtu (29/3/2025) pemantauan hilal di Kota Samarinda digelar di Masjid Syah Mahmuddin, atap Hotel Five Premiers lantai 11 di Jalan Bhayangkara.
Kegiatan yang digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kalimantan Timur dan Pemerintah Kota Samarinda ini dihadiri juga oleh perwakilan BMKG Samarinda, ormas keagamaan, masyarakat, dan awak media.
Kepala Bidang Bimas Islam Kemenag Provinsi Kaltim, Maslekhan menjelaskan, bahwa pada pemantauan kali ini hilal belum tampak.
Menurutnya, hasil pengamatan menunjukkan posisi hilal masih berada pada ketinggian minus 2 derajat, sesuai data yang diterima dari BMKG Samarinda.
"Pantauan di Samarinda menunjukkan bahwa posisi hilal, menurut perhitungan, belum mencapai ketinggian yang diharapkan. Data BMKG menunjukkan minus 2 derajat," ujar Maslekhan.
BACA JUGA: Ramalan Cuaca Kaltim, 29 Maret 2025, BMKG Cek si Sini!
BACA JUGA: Insyaallah NU dan Muhammadiyah Lebaran Bareng, Ini Analisis BMKG dan LF PBNU
Ia menyebut, hasil pemantauan ini akan dilaporkan ke pemerintah pusat sebagai bahan dalam sidang isbat yang akan diselenggarakan malam harinya.
Penentuan awal Syawal nantinya akan mengikuti kesepakatan bersama dalam forum Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III APT BMKG Samarinda, Riza Arian Noor, menegaskan kembali data pengamatan dengan menyebutkan bahwa hilal berada pada posisi minus 2 derajat di bawah ufuk.
"Kami memberikan informasi bahwa hilal saat ini berada di minus 2 derajat, di bawah ufuk. Kondisi cuaca yang mendung dan adanya awan di daerah pengamatan turut mempengaruhi hasil ini," ucap Riza sapaan akrabnya.
BACA JUGA: Bandara APT Pranoto Samarinda Catat Penurunan Penumpang selama Arus Mudik Lebaran 2025
BACA JUGA: Kapan Lebaran 2025? Sidang Isbat Idulfitri 1446 H Ditentukan di 33 Titik Pantau Hilal
Meskipun terdapat metode hisab, lanjutnya, penentuan 1 Syawal tetap harus menunggu hasil sidang isbat yang akan diadakan di Jakarta.
Jika hilal terlihat serempak dari Sabang hingga Merauke dengan ketinggian yang sesuai, keputusan akan diambil secara nasional oleh pemerintah pusat.
Dalam sidang isbat nanti, hasil pemantauan hilal di seluruh wilayah Indonesia akan dikumpulkan dan dianalisis secara bersama.
Keputusan akhir mengenai awal bulan Syawal akan ditetapkan oleh pemerintah pusat, guna memastikan tidak ada keputusan yang diambil secara sepihak oleh daerah.
BACA JUGA: Pemudik di Pelabuhan Kariangau Mulai Melonjak, 22 Ribu Penumpang dalam Sepekan
Kriteria yang telah disepakati dalam forum MABIMS pada tahun 2021 menjadi acuan, yakni hilal harus mencapai ketinggian minimal 3 derajat dan memiliki elongasi 6,4 derajat.
Jika kriteria tersebut belum terpenuhi, maka penentuan 1 Syawal harus menunggu keputusan akhir dalam sidang isbat.
Pemantauan hilal di Samarinda merupakan salah satu bagian penting dalam rangka penetapan awal bulan Syawal yang memiliki implikasi luas, baik bagi umat Muslim di Indonesia maupun negara-negara peserta MABIMS.
Masyarakat kini menantikan hasil sidang isbat di Jakarta untuk mendapatkan kepastian mengenai awal Syawal, sambil berharap agar kondisi cuaca dapat mendukung penglihatan hilal di pemantauan-pemantauan selanjutnya.
Jika ada perubahan atau pembaruan informasi, pihak terkait akan segera menyampaikannya kepada publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: