Dijebak Logika Formal

Dijebak Logika Formal

SATU paragraf pembuka khas Tempo yang tersimpan di aplikasi Evernote buru-buru saya hapus. Saya sebenarnya menyiapkan artikel catatan itu untuk diterbitkan di halaman Metropolis Balikpapan Disway Kaltim. Tapi isinya terlalu berat. Jadi saya urungkan. Saya lebih geregetan dengan isu yang lagi panas di Balikpapan; virus corona. Namun saya tidak ingin membahas dengan detail. Tentu Anda sudah mendapatkan informasi yang lebih cepat, melimpah, dan tak terkendali di internet. Saya justru ingin membahas dengan menggunakan, --meminjam istilah kawan saya mantan aktivis "kiri" di Samarinda, yang lebih dulu menjadi wartawan daripada saya--, yakni "logika formal". Kawan saya ini mengidolakan Rindaman. Tokoh antagonis di film Crows Zero. Menurut logika formalnya, Rindaman yang bertubuh besar, senior, dan tangguh itu tidak dapat dikalahkan Genji, sang tokoh utama yang bertubuh ceking. Namun sepertinya, kawan saya ini dijebak logika formalnya sendiri. Sebab, tokoh utama memang selalu tersiksa di awal film. Tapi akan bangkit menumbangkan lawan di akhir cerita. Nah, kembali ke topik. Sebagian orang saat ini mungkin menepuk dada. Bahwa dari internet mereka bisa mendapatkan informasi dengan cepat. Sayangnya mereka lupa. Informasi yang datang bertubi-tubi dari internet itu acapkali minim konfirmasi. Terkadang informasi itu dibuat kelompok tertentu demi dollar for a click, atau memang informasi itu sengaja disesatkan untuk meresahkan masyarakat. Ini yang disebut berita bohong atau hoaks. Atau meminjam istilah Novel Bamukmin FPI; berita “cebong”. Singkatan dari cepat tapi bohong. Ada banyak kabar virus corona yang berceceran di internet. Misalnya, teori konspirasi bahwa virus itu sengaja disuntikkan ke hewan di negara yang jumlah penduduknya miliaran orang itu. Saya tidak boleh percaya begitu saja. Teori konspirasi seperti ini sulit dibuktikan, dan lebih banyak hanya “cocoklogi” (mencocok-cocokkan dua hal berbeda, yang sebenarnya tidak ada hubungannya). Terbaru, di Balikpapan ada seorang perempuan yang memposting soal adanya warga Kota Minyak yang terjangkit virus corona dan tengah dirawat di RSKD. Polisi mengonfirmasi kabar itu ke rumah sakit dan dinas kesehatan. Diketahui ternyata hanya hoaks. Polisi bergerak cepat mengamankan pelaku. Dari pengakuan pelaku yang masih berstatus saksi ini, kabar itu dia siarkan di Facebook setelah diberitahu saudaranya. Padahal saudaranya yang juga diperiksa polisi, asal bunyi saja. Lantaran jempol lebih cepat dari akal sehat, warganet Balikpapan dibuat resah. Adapula kabar yang menyebut ada tenaga kerja asing (TKA) di Balikpapan yang berasal dari Wuhan, Tiongkok. Kabar ini memang benar. Tapi berpotensi jadi misleading. Sebab informasi ini muncul saat suasana sedang keruh. Dinas Kesehatan menegaskan TKA itu ada di Kota Minyak jauh sebelum virus corona muncul. Jadi, secara logika formal, sangat mikro potensinya mereka terjangkit wabah mematikan itu. Apalagi saat virus corona muncul di Wuhan, otoritas bandara dan pelabuhan di Balikpapan sudah mengetatkan pintu masuk. Di sinilah pentingnya logika formal tak sekadar tulisan. Tapi harus diterapkan di keseharian. Menjadi spirit akal sehat seperti tagline koran Disway Kaltim. Dalam situasi yang keruh, media ini menerbitkan berita "akal sehat" yang meredam kengerian masyarakat. Bahwa virus corona itu masih jauh. Waspada itu wajib. Tapi jangan menakut-nakuti orang. (*Jurnalis Disway Kaltim/hdd)        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: