Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Pesisir Lindungi Biota Laut Lewat Lokakarya

Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Pesisir Lindungi Biota Laut Lewat Lokakarya

Lokakarya garapan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur bersama masyarakat di Talisayan. (Ist) --

Talisayan - Berau, NOMORSATUKALTIM - Indonesia merupakan negara kepualauan. Hampir 17.000 lebih pulau tersebar di bumi Nusantara. Tak sedikit pula masyarakatnya hidup di pesisir laut. Bahkan selain menjadi tempat tinggal, sebagian besar masyarakat pesisir sangat bergantung dengan hasil dari laut, tak terkecuali masyarakat di Kalimantan Timur. 

Hanya saja saat ini pemanfaatan hasil laut perlu adanya pembenahan dan pengelolaan dengan cara-cara yang baik. Tentu selain dalam rangka keberlanjutan kehidupan biota laut, pengelolaan dengan cara yang tepat menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan keberlanjutan ekowisata. 

Pemerintah Provinsi Kaltim melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kaltim menggelar Lokakarya (Workshop) Jenis Ikan dan Biota Laut yang dilindungi. Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan Talisayan (29-30 Mei 2024) dan diikuti puluhan peserta yang terdiri dari para Kelompok Nelayan, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) dan para pemandu (guide) lokal.

Lokakarya ini bukan pertama kali digelar. Setelah dilaksanakan di tahun 2022 yang lalu, DKP Kaltim kembali tekankan komitmennya dalam merangkul masyarakat untuk dapat meningkatkan kesadaran dalam melindungi ikan dan biota laut, salah satunya Hiu Paus yang kerap dijumpai di daerah ini.

Adapun Hiu Paus berada di kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau kecil seperti Kepulauan Derawan dan perairan sekitarnya di Kabupaten Berau. Hiu Paus merupakan biota yang dilindungi secara penuh berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Rencana Aksi Nasional Hiu Paus tahun 2021.

“Keberadaan Hiu Paus dilindungi penuh dan termasuk biota yang kini rentan akan kepunahan karena memiliki kapasitas reproduksi yang rendah, frekuensi melahirkan yang minim, pertumbuhan yang lambat serta umur yang panjang” terang Yuliana Nidyasari selaku Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Ahli Muda, DKP Kaltim.

Yuli (sapaan akrab) melanjutkan berbagai ancaman juga menjadi faktor punahnya hiu, sepertu penangkapan yang tidak lestari, penurunan populasi, kerusalan habitat perubahan lingkungan termasuk juga pencemaran yang disebabkan oleh sampah laut dan pariwisata yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu, lokakarya ini diharapkan dapat menjadi ruang diskusi sekaligus sosialisasi yang masif untuk mendukung kawasan wisata berbasis konservasi. Dua narasumber yang kompeten dibidangnya yaitu M.Subhan Wattiheluw dari Direktorat Konservasi Ekosistem dan Biota Perairan Ditjen Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan Sunario Sasmito selaku Marine Tourism and Community Officer for Derawan MPA WWF Indonesia pun dihadirkan untuk dapat berbagi dengan peserta.

Kegiatan ini disambut baik pula oleh pemerintah setempat. Ma’ruf selaku Sekretaris Kampung Talisayan mendukung dan mengapresiasi agenda ini. Dirinya turut menekankan peran seluruh pihak untuk saling berkolaborasi menjadi penting untuk menjaga kelestarian kekayaan alam.

“Dengan bimbingan yang dilakukan Pemerintah terhadap masyarakat yaitu melalui kelompok-kelompok yang ada. Kami berkomitmen melindungi Biota Laut yang ada,” ujar Ma’ruf.

Dirinya berharap, dengan komitmen melindungi ikan dan juga biota laut lainnya dapat mewujudkan ekowisata yang berkelanjutan. Sehingga, hewan-hewan terlestarikan dan usaha wisata yang dijalankan juga dapat berdampak positif bagi perekonomian lokal.

Wisata hiu paus merupakan salah satu wisata eksklusif yang sangat banyak diminati oleh wisatawan baik lokal maupun internasional. Implementasi pariwisata dan konservasi harus dapat berjalan beriringan, serta terus diperkuat tata kelolanya. (cpy/pt/Sam) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: