Berapa Derajat Tentukan Hilal Awal Ramadan 2024? Ini Penjelasan Kemenag dan BMKG

Berapa Derajat Tentukan Hilal Awal Ramadan 2024? Ini Penjelasan Kemenag dan BMKG

Ilusttrasi Ramadan.--

NOMORSATUKALTIM - Awal Ramadhan 2024 akan segera ditentukan oleh pemerintah.  Hal itu ditentukan berapa derajat hilal akan terlihat.  

Setiap tahun, Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat (penetapan) awal Ramadhan.  
Indonesia memenuhi kriteria baru yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Menurut kriteria baru MABIMS, imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.  

Kriteria ini merupakan pembaruan dari kriteria sebelumnya, yakni 2 derajat dengan sudut elongasi 3 derajat yang mendapat masukan dan kritik.
Pemerintah Indonesia akan menyelenggarakan Sidang Isbat, dengan menggunakan metode hisab dan rukyat.

Kriteria Baru Menentukan Hilal
Dikutip dari laman resmi Kementerian Agama, kriteria baru hasil kesepakatan sejumlah Menteri Agama, yakni dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura menghasilkan titik temu menentukan awal puasa dan lebaran.

Indonesia memakai kriteria baru untuk penetapan awal puasa 1 Ramadhan dan Idul Fitri 1 Syawal berdasarkan pengamatan atau rukyat dan perhitungan (hisab).
Semula, untuk menentukan kriteria hilal (bulan) awal hijriah dilakukan berdasarkan tinggi minimal 2 derajat dan elongasi atau jarak sudut bulan ke matahari minimal 3 derajat serta umur bulan minimal 8 jam.
Pada kriteria baru, ketentuan tadi berubah menjadi tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.

Hal itu berdasarkan hasil pertemuan sejumlah Menteri Agama, di antaranya dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada 2012 untuk mengkaji ulang cara menentukan awal bulan hijriah, khususnya untuk puasa dan lebaran.

Pertemuan itu juga sepakat bahwa penetapan awal hijriah tak hanya seputar aspek saintifik, melainkan juga perlu dilihat dari aspek syariah, sosiologis, dan psikologis.

Selanjutnya, pada Muzakarah Rukyat dan Takwim Islam MABIMS pada 2016 di Kuala Lumpur, Malaysia, diumumkan usulan kriteria baru seperti diungkapkan di awal tulisan.
Kriteria MABIMS dalam penentuan awal bulan hijriah perlu diterima berbagai kalangan umat dengan enam alasan.

Yaitu, kriteria MABIMS dibangun atas dasar data rukyat atau pengamatan global jangka panjang, parameter dalam kriteria MABIMS merupakan yang biasa digunakan oleh para ahli hisab Indonesia, yakni ketinggian hilal dan elongasi.
Selanjutnya, parameter yang digunakan menjelaskan aspek fisis rukyatul hilal.
Informasi Prakiraan Hilal saat Matahari Terbenam Tanggal 10 dan 11 Maret 2024 (Penentu Awal Bulan Ramadan 1445 H)

Salah satu kalender yang digunakan manusia dalam pengaturan waktu sehari-hari adalah Bulan Qomariyah (bulan Hijriyah) yang didasarkan pada keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi, dan Bumi bersama Bulan dalam mengelilingi Matahari.

Penentuan awal bulan Hijriyah ini sangat penting bagi umat Islam karena berhubungan dengan waktu ibadah, terutama bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah.

Dikutip dari laman resmi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai institusi pemerintah yang salah satu tugas pokok dan fungsinya adalah memberikan pelayanan tanda waktu dan posisi bulan dan matahari.

BMKG memberikan pertimbangan secara ilmiah kepada stake holder (Kementerian Agama, dll) dalam penentuan awal bulan hijriyah. Disamping memberikan informasi data-data Hilal hasil hisab (perhitungan), BMKG juga melaksanakan rukyat (observasi) hilal di 29 lokasi di Indonesia yang dapat disaksikan secara online (Live Streaming) di kanal https://hilal.bmkg.go.id/ setiap bulan.

Untuk penentuan awal bulan Ramadan 1445 H, BMKG menyampaikan informasi data-data Hilal (hasil Hisab) saat Matahari terbenam, yang dapat digunakan juga dalam pelaksanaan Rukyat (Observasi) Hilal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: