BRIN: Sawit Paling Memungkinkan, Produksi Singkong Nasional Belum Cukup untuk Bahan Energi Terbarukan

BRIN: Sawit Paling Memungkinkan, Produksi Singkong Nasional Belum Cukup untuk Bahan Energi Terbarukan

Ilustrasi - Petani memanen tanaman singkong.-(Antara)-

NOMORSATUKALTIM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa produksi singkong nasional belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku etanol sebagai sumber energi baru terbarukan.

Menurut Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Yudhistira Nugraha, singkong termasuk dalam tanaman yang memiliki kandungan pati tinggi dan dapat diubah menjadi etanol. Namun, produksi singkong masih jauh dari memadai.

BACA JUGA: Harga Beras di Paser Meroket, Bulog Sebut Gara-Gara el Nino dan Gagal Panen

"Indonesia masih harus mengimpor singkong dari luar negeri utamanya untuk kebutuhan bahan baku industri dan pangan," kata Yudhistira, dilansir dari Antara, Minggu (3/3/2024).

Yudhistira menyatakan bahwa strategi untuk mengubah singkong menjadi bahan biofuel harus dimulai dengan peningkatan produksi singkong nasional.

BACA JUGA: Dana Replanting Sawit Naik 100 Persen, Pemerintah Berharap Pekebun Rakyat Mau Tanam Ulang

Menurutnya, diperlukan lahan khusus ditujukan sebagai kebun energi, agar singkong untuk energi tidak mengganggu produksi singkong sebagai bahan pangan.

Menurut Outlook Ubi Kayu Tahun 2020 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, luas panen ubi kayu di Indonesia mengalami penurunan selama periode tahun 1980 hingga 2019. 

Pada tahun 1980, luas panen singkong mencapai 1,41 juta hektare. Sedangkan pada tahun 2019, jumlahnya turun signifikan menjadi 0,63 juta hektare.

BACA JUGA: Operasi Keselamatan 2024 Digelar, Warga Samarinda Diminta Taat Berlalu Lintas

BRIN menyebut, sejauh ini baru minyak sawit yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku energi baru terbarukan.

"Hasil assesment yang dilakukan oleh tim energi terbarukan BRIN, minyak sawit merupakan bahan yang paling memungkinkan untuk dikembangkan," kata Yudhistira.

Ada tiga faktor yang menjadikan minyak sawit potensial, yakni kesiapan bahan baku, kesiapan teknologi dan hilirisasi, serta kesiapan kebijakan pemerintah baik dari segi insentif, pendanaan, dan investasi.

BACA JUGA: Pemerintah Tambah Alokasi Pupuk Subsidi 2024 Menjadi 9,55 Juta Ton

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: