Prabowo-Gibran Disoroti Media Asing, Disebut Sebagai 'Paman yang Penyayang'

Prabowo-Gibran Disoroti Media Asing, Disebut Sebagai 'Paman yang Penyayang'

Kemenangan sementara Prabowo-Gibran mendapat sorotan sejumlah media asing.-tangkapan layar-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Sejumlah media asing menyoroti pemilu di Indonesia dan menyebut demokrasi di negeri ini mencapai titik terangnya. 

Di antaranya washingtonpost.com, media asal Amerika Serikat itu menyebut kalau proses transisi demokrasi di Indonesia bisa dilakukan secara damai, pasca jatuhnya rezim Orde Baru Soeharto. washingtonpost juga menulis beberapa isu penting dalam pemilu 2024. Seperti upaya Prabowo membangun rantai pasokan manufaktur kendaraan listrik, hingga upayanya mengatasi kerawanan pangan. Dengan mengubah petak-petak lahan gambut yang kaya akan karbon menjadi lahan pertanian.

“Prabowo telah berjanji untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan Jokowi "dengan tepat." Ganjar, yang berasal dari partai pendukung Jokowi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), mengatakan bahwa ia akan meneruskan kebijakan-kebijakan presiden, namun akan berusaha untuk memperbaikinya,” tulis Washingtonpost.com, Rabu 14 Februari 2024.  

Sementara itu di situs Aljazeera.com, Prabowo digambarkan sebagai paman yang penyayang. Padahal dalam laporan Aljazeera, Prabowo disebut satu-satunya kandidat dari garis militer, yang pernah berhubungan dengan mantan presiden Soeharto, mertuanya.  

“Ia diberhentikan dengan tidak hormat pada tahun 1998 setelah tentara Kopassus menculik dan menyiksa lawan-lawan politik Soeharto. Dari 22 aktivis yang diculik pada tahun itu, 13 orang masih hilang. Sementara Prabowo tidak pernah diadili, beberapa anak buahnya diadili dan dihukum,” tulis Aljazeera.

Ia juga dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur, yang meraih kemerdekaan dari Indonesia di tengah-tengah runtuhnya rezim Soeharto, dan di wilayah timur Papua yang bermasalah. Untuk semua itu, sebagian besar pemilih Indonesia tampaknya tidak peduli.

Tapi semua paradigma itu berubah. Ketika Prabowo mencalonkan diri untuk yang kesekian kalinya, ia mengubah pendekatannya.

Ian Wilson dari Murdoch University menjelaskan, “Alih-alih menampilkan dirinya sebagai orang luar yang populis, dengan retorika ultranasionalis yang berapi-api, dan sangat terbuka mengenai latar belakang militer dan pendekatan militerisnya, dia menjadi orang yang sangat berbeda," kata Wilson, yang juga seorang peneliti tamu di ISEAS - Yusof Ishak Institute di Singapura, dikuti Aljazeera.

"Dia menargetkan demografi yang lebih muda dengan membuat ulang citranya melalui tokoh kartun, sebagai paman yang suka dipeluk, menimbulkan keraguan atas catatan hak asasi manusianya, yang bagi generasi muda adalah semacam sejarah kuno, dan bukannya mencoba untuk bersaing dengan popularitas petahana yang dia tunggangi," tambahnya, merujuk pada Gibran yang menjadi calon wakil presidennya. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: