Konflik karena Motivasi Penguasaan Sumber Daya Alam, Studi kasus: Perebutan Energi Minyak Bumi di Timur Tengah

M Dudi Hari Saputra-istimewa-
Sudut pandang pemikiran orthodox dalam studi hubungan internasional di atas kemudian melahirkan sebuah konsekuensi kebijakan dalam menyikapi kelangkaan sumber energi terutama minyak, yaitu siapa yang memiliki paling banyak sumber energy minyak akan membuat posisi sang pemilik tersebut berada dalam posisi menguasai, bukan dikuasai, sehingga dimulailah pertarungan antara aktor-aktor hubungan internasional dalam perebutan minyak tersebut dalam bermacam bentuk, mulai dari konflik ekonomi, diplomasi bahkan militer.
Sudut pandang post-positivisme kemudian mencoba keluar dari pandangan orthodox seperti diatas dan menjelaskan bahwa kekerasan dan peperangan yang disebabkan oleh perebutan sumber energi terutama minyak karena adanya praktek komodifikasi, yaitu menjadikan sumber daya alam yang seharusnya bisa diperuntukkan untuk pemenuhan kebutuhan ummat manusia kemudian dijadikan komoditas yang dimiliki oleh segelintir orang/Negara untuk pemenuhan hasrat berkuasanya.
Kemudian, Oliver Richmond menjelaskan perlunya pendekatan yang lebih integralistik dan berdasarkan landasan epistemologi, ontology dan metodologi yang jelas dan rasional. Di sini, untuk mengatasi environmental scarcity yang diakibatkan oleh demand-induce supply-induce structural-induce, tidak bisa diselesaikan jika hanya menggunakan pendekatan partikular/behavioral/positivis seperti Realisme (Negara) atau Liberalisme (pasar).
Tapi juga melibatkan semua aktor, baik lokal, nasional, regional dan global, serta menggunakan semua aspek pengetahuan seperti moral, hukum, aturan sosial (norma), dan sebagainya yang terkait dengan konflik minyak.
Pada penjelasan berikutnya penulis akan memaparkan peranan AS dalam menciptakan konflik bahkan invasi dalam ambisi kepemilikian minyaknya di kawasan timur-tengah. Selain itu juga akan menjelaskan perilaku beberapa Negara di kawasan Timur-Tengah dalam menyikapi permasalahan minyak yang selalu menjadi prioritas paling utama di kawasan ini. (*/bersambung)
Oleh: M Dudi Hari Saputra
Dosen Universitas Kutai Kartanegara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: