Kaltim Lirik Potensi Investasi di Zona ALKI II

Kaltim Lirik Potensi Investasi di Zona ALKI II

Terminal batubara. --dok. Bayan

NOMORSATUKALTIM – Pemprov Kaltim menyatakan kesiapannya sebagai bagian dari pintu masuk investasi dari Alur Laut Kepulauan Indonesia atau ALKI II. Provinsi Kalimantan Timur melibatkan 11 provinsi di Indonesia untuk memetakan rencana dan potensi investasi di zona ALKI II.

Jalur pelayaran sepanjang laut Sulawesi hingga Selat Lombok itu dinilai potensial untuk mengembangkan industri serta menjadi jalur penting dalam distribusi logistik dengan adanya IKN.

Mengacu data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, jalur ALKI II punya potensi nilai perdagangan mencapai US$1,5 juta per hari, dengan pertumbuhan ekonomi ALKI II dari 2016-2019 sebesar 5,02% hingga 5,7%. Jalur ALKI II ini menghubungkan 11 provinsi dan 188 kabupaten.

Penjabat Gubernur Kaltim, Akmal Malik mengatakan Kaltim memiliki potensi dan profil investasi yang menarik. Ini bisa ditilik dari sektor pariwisata, perikanan juga industri.

Ia mengingatkan pentingnya memperkuat kerja sama dengan negara dan daerah di wilayah ALKI II, sekaligus merumuskan strategi penguatan ekonomi negara dan daerah di kawasan tersebut.

“Sebagai teknokrat, saya menilai penting mendukung kebijakan nasional dan memastikan agar semua beroperasi sesuai aturan, sambil menjalin kerja sama kolaboratif,” ujar Akmal, di Forum Investasi Zona ALKI II di Balikpapan, kemarin.

Ia menekankan, dalam jangka pendek, kolaborasi ini akan menjadi sangat signifikan. Namun, penyiapan kebutuhan investasi tidak diputuskan secara tiba-tiba. Sebab, lanjut Akmal, ada pelbagai aspek teknis yang harus dipertimbangkan. Pihaknya harus memastikan agar kebijakan nasional berjalan dengan baik.

“Sekaligus memastikan daerah buffer tidak tertinggal,” tegasnya.

Akmal menjelaskan, salah satu tantangan terbesar untuk pengembangan wilayah ALKI II soal infrastruktur. Ia bilang diperlukan komitmen yang kuat untuk menyelesaikan hal ini.

Akmal juga masih mempertimbangkan pembangunan pusat pangan Kaltim yang berlokasi, di kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara.

Di Kabupaten PPU, menurut informasi yang diperolehnya, ada sekitar 9.000 hektare lahan pertanian yang terbengkalai, dan dianggap sebagai lahan tidur.

“Bagi saya tidak ada lahan tidur, yang ada orangnya yang tidur dan ketika orangnya bangun, maka lahan tersebut juga ikut bangun,” ingat Akmal.

Ia turut mengingatkan problematika sosial dan ekonomi yang harus dipetakan secara cermat di wilayah penyangga. Akmal berujar masalah sosial kecil bisa menjadi besar jika tidak ditangani baik.

“Karena itu, saya mengajak semua pihak bersama-sama membangun Indonesia dan IKN dengan lebih baik,” ujarnya. Diingatkan Akmal, kunci keberhasilan itu ada pada kerja sama yang dibangun melalui komunikasi, dialog, dan penyatuan pandangan bersama.

Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud menyambut baik terpilihnya Kaltim sebagai lokasi IKN. Menurut Rahmad hal itu sebagai keputusan strategis karena lokasi yang berdampingan dengan Selat Makassar, dan alur ALKI II. Ia percaya kolaborasi antara wilayah-wilayah di ALKI II sangat penting untuk memanfaatkan pembangunan lintas provinsi.

“IKN menjadi koridor bisnis yang menarik. Dari ekonomi dan investasi. Sekaligus mengintegrasikan usaha kolaboratif yang memanfaatkan potensi daerah masing-masing,” ujar Rahmad. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: bisnis