Gen-Z Paser Harus Melek Politik Jelang Pemilu 2024

Gen-Z Paser Harus Melek Politik Jelang Pemilu 2024

Talkshow ajak Gen Z melek politik. -ist-

Paser, nomorsatukaltim – Generasi z (Gen-Z) bakal diperhadapkan pada kancah politik. Sebab pada 2024 mendatang jadi ajang kontestasi Pemilu.

Peran dan pemahaman politik Gen-Z inilah yang diperbincangkan pada Talkshow gelaran kawula muda di Kabupaten Paser. Dalam agenda itu merangsang generasi yang lahir 1997 untuk melek politik. Politisi Milenial, Zulfikar Yuliskatin mengatakan, para anak muda perlu paham dan mengerti apa arti dari politik. Katanya, secara umum politik menyangkut terhadap kehidupan, baik di lingkungan sosial maupun dalam hal mencapai tujuan pribadi.

"Di tingkat pendidikan harus membahas tentang politik, karena keseharian kita tak lepas dari adanya proses politik," kata Zulfikar, usai Talkshow di Bloom Caffe and Garden, Jumat (20/10/2023).

Arti poltik ia katakan tak serta merta selalu dikaitkan dengan Partai Politik (Parpol), dengan demikian Generasi Z perlu jeli dalam memahami politik. Perspektif terhadap politik perlu di rubah, jika hanya dipandang sebagai sesuatu yang tidak baik.

"Karena para pemangku kebijakan kita tak serta merta hanya memperjuangkan kepentingannya sendiri, tetapi bicara juga untuk kesejahteraan masyarakat yang diperjuangkan melalui politik," terangnya.

Di tempat yang sama, Akademisi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) Tanah Grogot, Furaudi Safitiri menyebut kondisi saat ini para anak muda terkesan memiliki kecenderungan apatis terhadap politik.

Padahal generasi milenial dan Gen Z dari hasil survei menguasai separuh lebih dari penduduk Indonesia atau 56 persen suara sebagai pemilih pemilu. "Sayang sekali dari hasil survei juga mengatakan bahwa generasi z peserta yang kurang berpartisipasi di politik," ucap Furaudi Safitri.

Disebutkannya, ada beberapa indikasi yang menyebakan kurangnya partisipasi generasi z dalam politik, dilihat dari ciri-cirinya yang mandiri, terbuka secara pemikiran, lihai terhadap memanfaatkan teknologi atau ponsel pintar yang menyebabkan over konsumsi informasi.

"Hal itulah yang mungkin menjadikan mereka malas terlibat di dalam politik itu sendiri," ungkapnya.

Ia katakan, cara pandang terhadap politik memang perlu dirubah, apalagi dengan bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia yang perlu dipersiapkan. "Kalau tidak punya skill (keterampilan), kebijakan tidak diciptakan oleh pemangku kebijakan oleh politisi maka siap-siap jadi pengangguran, oleh karenanya generasi z harus berkontribusi terhadap jalannya perpolitikan," tandasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: