Miris! Hanya 10 Menit dari Pusat Pemerintahan, Desa Ini Belum Teraliri Listrik

Miris! Hanya 10 Menit dari Pusat Pemerintahan, Desa Ini Belum Teraliri Listrik

Kutim, nomorsatukaltim.com- Saat ini listrik menjadi kebutuhan pokok yang tidak dapat terpisahkan dari masyarakat. Namun sayang, kehadiran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik belum merata.

Ya, ratusan Kepala Keluarga (KK) di Dusun 8, Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara, masih belum terlistriki dengan baik. Padahal perkampungan itu hanya berjarak kurang lebih 6 Km, atau 10 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor dari Bukit Pelangi, kawasan pusat Pemerintahan Kabupaten Kutai Timur. Desa Singa Gembara pun berbatasan langsung dengan perusahaan pertambangan batu bara terbesar di republik ini. Perusahaan ini pun surplus energi listrik. Itu dibuktikan adanya transaksi jual beli kelebihan daya (excess power) sebesar 18 Mega Watt (MW) ke PLN pada tahun 2018 lalu. Meski akhirnya kerjasama tersebut tidak diperpanjang, lantaran jaringn listrik di Sangatta interkoneksi dengan Sistem Mahakam. Dan saat ini Sistem Mahakam memiliki daya berlimpah lantaran sebagian dipersiapkan untuk melistriki Ibu Kota Negara (IKN). Melihat realita yang terjadi membuat warga kebingungan. Sudah sejak 20 tahun lebih kampung tersebut berdiri belum teraliri listrik. Beragam janji pun telah mereka dapati, hingga akhirnya sebatas berdiri ratusan tiang listrik di sepanjang kampung sebagai aksesoris tepi jalan. “Kalau tiang listrik ini ada kurang lebih 6 tahunan itu dipasang, cuma sampai sekarang belum terealisasi pemasangan (aliran listrik, Red.) itu. Kami warga juga merasa bingung apa itu kendalanya,” kata Suyono, warga RT 18. Guna memenuhi kebutuhan listrik, sebagian warga maupun rumah ibadah menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau sollar cell secara mandiri. Sementara sebagian lagi menggunakan mesin genset, jika ada daya berlebih mereka saling berbagi dengan warga lainnya. “Setau kami sudah diproses untuk pemasangan listriknya, tapi sampai hari ini belum terealisasi, belum terpasang. Sumber masalahnya kami juga tidak tahu,” tambahnya, kepada media. Mendapat keluhan dari masyarakat yang puluhan tahun tidak menikmati listrik, Anggota DPRD Kutai Timur (Kutim) Ramadhani turun langsung menghadiri undangan warga. Melihat tiang listrik yang bertahun-tahun telah tertancap namun belum teraliri listrik membuat dirinya miris. Terlebih dekat dengan pusat pemerintahan. “Sangat miris sekali, bahkan saya bilang Kutai Timur yang kelebihan listrik tapi di ujung hidungnya dia, kasarnya itu mukanya dia itu pintu masuknya KPC. Diujung hidungnya dia tidak bisa teraliri, sementara tiangnya ada, jadi sekarang masalanya apa?,” tegas politisi muda asal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini. Ramadhani menyebut dalam waktu dekat pihak desa bersama PLN dan manajeman perusahaan tambang bakal melakukan rapat. Jika tidak ada titik termu dari rapat tersebut, maka dirinya akan panggil seluruh pihak dan melakukan hearing di DPRD. “Dan saya punya solusi terakhir, kalau tidak ada titik temu antara masyarakat, desa, PLN sama pihak KPC, ya saya anggarkan komunal untuk 150 warga ini. Uang kita banyak kok, APBD kita besar, biar masyarakat bisa menikmati, jangan di tengah uforia anggaran besar kita melihat realita seperti ini,” imbuhnya. (*/adv/dprdkutim23)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: