Batu Bara Rusia Diembargo, Apa Indonesia Diuntungkan?
UNI Eropa pada Kamis (7/4/2022) mengumumkan kembali memberi paket sanksi kelima bagi Rusia. Dalam paket sanksi tersebut salah satunya adalah memberi embargo batu bara dari Negeri Beruang Merah itu dan menutup pelabuhan blok tersebut untuk kapal-kapal Rusia selama perang Ukraina.
Paket sanksi terbaru dan embargo batu bara Rusia tersebut terjadi akibat buntut atas munculnya temuan puluhan mayat warga sipil yang ditemukan akhir pekan lalu di kota Bucha, dekat ibukota Ukraina, Kiev setelah pasukan Rusia mundur dari kota tersebut. Puluhan mayat tersebut diduga adalah korban pembantaian dari pasukan Kremlin, namun Rusia membantah klaim tersebut. Hal ini adalah pertama kalinya bagi Eropa menargetkan sanksi bagi Rusia khususnya dalam sektor Energi. Perlu diketahui bahwa sektor energi Eropa bergantung kepada suplai dari Rusia. Dikutip dari Kompas bahwa Uni Eropa memang mengkonsumsi sekitar 45 persen batu bara dari Rusia, yang nilainya mencapai 4 miliar Euro tiap tahunnya. Embargo Uni Eropa tersebut rencana akan mulai berlaku pada awal Agustus, atau 120 hari setelah publikasi paket baru di jurnal resmi Uni Eropa. Yang artinya Importir batu bara di Eropa akan diizinkan empat bulan untuk mengakhiri kontrak sebelum mereka dilarang memasuki yang baru dengan Rusia, menurut sumber Bloomberg. Sejak presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan “operasi militer khusus” ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu, Rusia memang tengah mendapatkan berbagai kecaman dari banyak negara dan berbagai macam sasaran sanksi dari sebagian besar negara negara Eropa dan juga Amerika Serikat. Bahkan, kini Rusia ditempatkan menjadi negara dengan sanksi Internasional terbanyak di dunia, menggeser posisi Iran yang sebelumnya menduduki posisi tersebut. Dengan banyaknya sanksi Internasional yang diterima Rusia, tentunya akan berdampak pada perekonomian Negeri Beruang Merah ini. Embargo batu bara Rusia picu kenaikan harga global. Keputusan Uni Eropa memberikan sanksi embargo batu bara Rusia menimbulkan kepanikan dari konsumen batu bara di Eropa. Fenomena kepanikan tersebut dapat disebut dengan fenomena panic buying. Hal itu mengingat Rusia adalah penyumbang 5 persen dari pasokan batu bara termal global. Selain itu, Rusia juga berkontribusi 15 persen dari keseluruhan ekspor batu bara global pada tahun 2021. Pasalnya mereka harus segera mencari alternatif pengganti pasokan batu bara Rusia tersebut dengan sumber lainnya. Para pembeli batu bara asal Eropa ini bahkan tidak memusingkan untuk permasalahan harga. “Mereka bahkan rela membeli di harga berapapun, yang penting pasokannya ada” ungkap sebuah sumber yang diungkap CNBC Indonesia yang enggan disebutkan namanya tersebut, dikutip Jumat (08/04/2022). Dengan kondisi seperti ini harga batu bara diprediksi akan terus mengalami tren kenaikan. Hal ini bahkan diperkuat data dari Blomberg, Sabtu (9/4/2022) siang, harga kontrak batu bara untuk kontrak terdekat mengalami tren kenaikan, bahkan harga batu bara kini menuju US$300 per ton. Untuk kontrak April 2022, atau mengalami kenaikan 9,95 poin ke US$291,60 per ton. Sementara untuk kontrak Mei 2022 naik 12 poin ke US$299,5 per ton. Seperti dikutip dari Bisnis.com, Analis Mirae Aset Sekuritas Juan Harahap juga menjelaskan kenaikan harga batu bara berkaitan dengan usulan sanksi yang diberikan kepada Rusia. Usulan sanksi yang baru menyusul ketidakpastian pengiriman gas di masa mendatang dari Rusia ke Uni Eropa, terutama setelah Rusia mengumumkan bahwa negara-negara yang dianggap Kremlin tidak bersahabat untuk membayar dengan mata uang Rubel. Dimana di dalam daftar negara-negara yang tidak bersahabat versi Kremlin tersebut adalah mayoritas negara-negara Eropa yang tergabung di dalam NATO yang selama ini dianggap rival terbesar Rusia. Dampak embargo batu bara Rusia dapat untungkan RI? Beberapa konsumen batu bara Eropa diyakini tengah mencari alternatif pasokan batu bara dari negara lain, tak terkecuali dari Asia bahkan Australia. Ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia kepada CNBC Indonesia. Ia menilai peluang ekspor batu bara ke sejumlah negara Eropa memang cukup memungkinkan. Namun demikian, hal tersebut tergantung dari kualitas batu bara yang dibutuhkan. “Dengan adanya import ban (larangan import) batu bara Rusia oleh Eropa, tentu para pembeli, buyers dari Eropa mau tidak mau all out untuk cari suplai dari Australia, Afrika Selatan, Indonesia, dan Kolombia,” kata Hendra dikutip oleh CNBC Indonesia. Jika dilihat dari potensi Indonesia sebagai salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia, tentu dalam hal ini memang dapat disimpulkan jika Indonesia tentu juga bagian yang diuntungkan dalam embargo batu bara Rusia oleh Uni Eropa. Karena mengingat Eropa hingga saat ini bukanlah Market Tradisional bagi batu bara Indonesia, tapi karena terdapat kondisi demikian sehingga memunculkan peluang untuk batu bara Indonesia. Kendati memiliki peluang besar untuk pasar batu bara Eropa, bukan berarti batu bara Indonesia akan menggantikan pasokan batu bara Rusia sepenuhnya. Setidaknya Eropa tentu akan mencari pasar batu bara yang terdekat juga dengan daratan Eropa. Ini tentu akan meringankan dari segi pengiriman dan jarak yang relatif lebih dekat, seperti Afrika Selatan maupun Amerika Latin. Namun Indonesia berpotensi besar mengisi kekurangan suplai batu bara di kawasan Asia Timur. Khususnya yang sebelumnya diisi suplai dari negara-negara seperti Afrika Selatan maupun Amerika Latin karena batu bara mereka terserap ke Eropa. (*/pemerhati dunia pertambangan)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: