Kepariwisataan di PPU Sulit Jadi Unggulan, Pemkab: Kurang Promosi dan Kunjungan

Kepariwisataan di PPU Sulit Jadi Unggulan, Pemkab: Kurang Promosi dan Kunjungan

PPU, nomorsatukaltim.com - Kepariwisataan di Penajam Paser Utara (PPU) sulit menjadi unggulan. Masalahnya karena tak ada keberimbangan antara cost yang dibutuhkan dan income yang didapat. Kendala itulah yang disebutkan menjadi problematika pengelolaan kepariwisataan. Namun upaya untuk menjadikan sektor kepariwisataan di PPU sebagai unggulan tak pantang surut. Bonus pertumbuhan penduduk dalam waktu dekat dianggap bakal membantu mengatasi masalah jumlah kunjungan. Yang selama ini dinilai masih minim. Secara potensi, daerah berjuluk Benuo Taka ini memiliki cukup modal bidang kepariwisataan. Dengan luas 3.333,36 kilometer persegi yang diisi dengan berbagai kawasan. Pesisir, pemukiman, perkebunan dan hutan. Kemudian munculnya isu pemindahan ibu kota negara (IKN) juga dihitung sebagai modal. Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra), Sodikin menuturkan PPU sangat tepat jika mulai saat ini mengambil langkah pengembangan dan pembangunan wisata bahari. Apalagi PPU saat ini lagi naik daun. Sejalan dengan Kecamatan Sepaku yang dipilih menjadi Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Pusat. “Baik provinsi maupun pusat lebih-lebih Kabupaten PPU harus mempunyai mimpi ke depan. Bahwa potensi kita ada, kita sudah ada wisata pantai, semoga kedepannya dengan hadirnya IKN di Kaltim ini bisa menjadi wisata yang dapat bersaing di skala nasional maupun internasional," ungkapnya saat menghadiri Kegiatan Pengembangan dan Pembangunan Wisata Bahari dan Wisata Pantai, digagas Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim. Kepada nomorsatukaltim.com - Disway National Network (DNN), ia menganalogikan ada tempat wisata Bunaken sampai tempat wisata Parang Tritis di PPU. Itu bisa dijadikan refrensi untuk untuk membangun Wisata Pantai Tanjung Jumlai dan lainnya yang ada di PPU. "Tinggal memoles dekit semoga ini bisa. Kita menyadari bahwa perkembangan dunia pariwisata di Kabupaten PPU masih belum maksimal," kata Sodikin. Upaya itu seperti cita-cita beberapa tahun terkahir, untuk menjadikan sektor kepariwisataan berkontribusi untuk pendapatan asli daerah (PAD). Lewat pertumbuhan jumlah wisatawan yang mengujungi darah ini. "Padahal sebenarnya kita memiliki potensi obyek wisata bahari dan wisata pantai yang cukup menjanjikan dan apabila didayagunakan secara baik tentu mampu berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan perekonomian daerah,” imbuhnya. Secara terbuka Sodikin menyampaikan hasil evaluasi sektor kepariwisataan di PPU, yang menjadi penyebab yakni belum pemerintah dan masyarakat belum mampu memdayagunakan potesnsi pariwisata tersebut secara maksimal. Seperti kurangnya sarana dan prasarana pendukung, minimnya promosi pengelolaan dan penataan obyek wisata yang kurang maksimal. Bahkan kurangnya peran serta masyarakat. Seperti obyek wisata sekelas Tanjung Jumlai di Saloloang dan Pantai Corong di Tanjung Tengah maupun Pantai Sipakario di Nipah-Nipah yang sudah cukup terkenal. Selain sarana dan prasarana pendukungnya masih kurang memadai, pengelolaan dan penataannya atas obyek obyek yang dijadikan ikon wisata PPU juga masih kurang. "Pantai-pantai tersebut harus memiliki sarana dan prasarana pendukung serta harus dikelola dengan profesional dan ditata dengan baik, sehingga menjadi lebih menarik lagi," tegasnya. Sodikin mengaku telah sering berdiskusi dengan para pengelola tempat wisata. Aspirasi yang terbanyak ia dengarkan ialah soal sinergitas pembangunan bersama pemerintah daerah. Karena mereka sebagian besar memiliki kendala pembiayaan dengan pemasukan yang tidak seimbang. Memang, jika di bandingkan wisata yang ada di Pulau Jawa, salah satu kelemahan di PPU adalah memang dari sisi jumlah penduduk. “Ketika kita kelola dengan baik ternyata cost-nya lebih tinggi dari income-nya. Kalau di Jawa dengan 48 juta penduduk, yang datang ke tempat pariwisata bergantian saja, tetapi kalau kita satu Kabupaten PUU dengan luas wilayah 3.333,36 kilometer persegi tersebut jumlah penduduknya tidak mencapai 200.000. sehingga yang datang ke tempat wisata itu kurang,” bebernya. Pengelolaan yang juga masih lemah hingga saat ini ialah soal strategi promosi. Walaupun sejauh ini telah dilakukan berbagai promosi baik melalu event pameran atau membuat brosur. Juga di media sosial seperti Facebook, instagram, Youtube dan lain-lain. Sodikin menyebutkan jika semua itu digunakan dengan baik sebagai alat promosi, akan semakin memperluas pengetahuan tentang potensi wisata yang ada ke khalayak ramai. “Apa yang saya uraikan hanya merupakan sebagian kecil dari sejumlah kendala yang kita alami dalam mengembangkan pariwisata di daerah ini. Sebab pembangunan dan pengembangan pariwisata tidak bisa berdiri sendiri, tetapi perlu didukung aspek lain, untuk itu pembangunan pariwisata harus terintegrasi dengan pembangunan sektor-sektor lain. Oleh karenanya kampanye atau sosialisasi sadar wisata dan sapta pesona perlu terus kita gaungkan,” beber Sodikin. Lebih jauh, Sodikin berharap IKN secepatnya terbangun. Sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung secara bergantian dalam setiap harinya. karena PPU dipastikan akan menjadi Daerah Penyangga. kemudian kunjungan itu mampu mendapatkan pemasukan yang lebih besar dari pada pengeluaran untuk biaya operasional. “Saya kira terkait dengan promosi boleh bekerjasama dengan Dinas Kominfo Kabupaten PPU, karena salah satu tugasnya adalah mempublikasikan pembangunan-pembangunan, termasuk didalamnya terkait dengan wisata bahari dan wisata pantai, perlu kita sinergikan dengan beberapa instansi terkait,” pungkasnya. (rsy/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: