Penyabab Banjir Samarinda Adalah Air

Penyabab Banjir Samarinda Adalah Air

“Perubahan iklim bisa saja terjadi, kita enggak tahu, kan?” Kris melanjutkan.

Masalah kedua, adalah pengupasan lahan itu. Yang kata Kris, titik beratnya ada di aktivitas penambangan ilegal. Bukan jadi satu-satunya sebab memang. Karena pengupasan lahan juga terjadi untuk aktivitas pemukiman dan lainnya. Namun tambang ilegal menjadi penyumbang masalah terbesar, dalam hal banjir yang terjadi di Samarinda.

“Pemerintah kita angkat tangan kalau ada illegal minning. Padahal pengupasan itu jelas dampaknya. Seolah kaya mainan aja,” kesalnya.

Selama pemerintah masih adem ayem terhadap tambang ilegal. Dengan dalih keterbatasan kewenangan dan semacamnya. Menurut Kris, banjir di Samarinda tidak akan bisa tertangani.

Masalah ketiga, tidak terdatanya dengan baik kawasan mana saja yang harus ditangani. Dalam konteks Sungai Karang Mumus (SKM) misalnya. Penyumbang air tidak hanya berasal dari Sungai Siring, Tanah Merah, dan sekitarnya saja. Di bawah Waduk Benanga hingga Sempaja saja, terdapat lebih dari 5 anak SKM. Yang turut menyumbang air ketika curah hujan cukup tinggi.

“Kalau sub DAS (Daerah Aliran Sungai) tidak ter-cover akhirnya, ya, gini-gini terus.”

Krisdiyanto berharap betul pada Pemkot Samarinda pimpinan Andi Harun. Yang dalam visi misinya memiliki terobosan pengentasan banjir. Mau mengkaji ulang masalah dasar banjir. Agar arah kebijakannya tidak berulang; menangani di daerah hilir, dan membiarkan kawasan hulu amburadul.

Kehidupan perkotaan sudah tidak memungkinkan lagi mampu mengkompensasi resapan air. Yang dirampas oleh bangunan, pelataran semen, dan jalanan beraspal. Maka sebenarnya, belum terlambat-terlambat amat untuk menghadirkan area resapan air di kawasan hulu.

Jika sudah, baru lah infrastruktur di perkotaan (hilir) dioptimalkan dengan baik. Seperti pengembalian fungsi folder, hingga integrasi drainase yang ciamik. Jika tidak, ya seperti kata Kris, akan begini-begini saja. Pada akhirnya, kalimat sakti “Ikam hanyar kah, di Samarinda?” akan terus menjadi senjata pamungkas. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: