Rossi dan Messi Bikin MotoGP dan LaLiga Tak Sama Lagi

Rossi dan Messi Bikin MotoGP dan LaLiga Tak Sama Lagi

Ditambah, citra dari dua sosok megabintang mereka; Ronaldo dan Messi. Membuat pertandingan kedua klub sangat dinantikan. Apalagi El Classico. Di medio 2010-an, pertandingan Barca kontra Madrid begitu dinanti-nanti. Bahkan oleh mereka yang sama sekali tak mendukung kedua klub tersebut.

Aksi para bintang, tensi panas pertandingan, menjadikan laga El Classico menjadi laga paling laris. Gemanya bahkan bisa mengalahkan laga final Liga Champions atau malah Piala Dunia.

Di tengah meroketnya pamor LaLiga, otomatis pendanaan yang masuk jadi lebih besar pula. Perusahaan raksasa dunia berbondong-bondong menopang klub Spanyol. Karena eksposurnya tinggi.

Namun di saat-saat indah itu. Pengelola LaLiga seolah abai. Mereka terbuai oleh dampak magis dua klub; Barcelona dan Real Madrid. Beserta rivalitas unik Messi dan Ronaldo.

Mereka abai untuk memperkuat finansial 18 klub peserta liga lainnya. Pembagian hak siar hanya dipusatkan pada Barca dan Real saja. Sementara kedua klub itu terus tumbuh berkat gelontoran dana besar. Klub-klub lainnya malah berjalan ke arah sebaliknya.

Jika pada akhirnya Atletico Madrid masih sesekali menembus dominasi dua klub ‘pemilik LaLiga’. Ya, itu murni karena kehebatan manajemennya saja.

LaLiga juga terlalu asyik mengembangkan ekspansi pasar dengan hanya menjual Barcelona dan Real Madrid saja. Keterbuaian yang ternyata adalah cara terbaik petinggi LaLiga dan federasi sepak bola Spanyol untuk menggali lubang kubur mereka sendiri.

Bencana bagi LaLiga kemudian hadir pada 2018. Ronaldo hengkang ke Juventus. Meninggalkan LaLiga yang telah tanpa Xavi, Iniesta, Puyol, Abidal, Pepe, Casillas, Xabi, dan bintang senior lainnya. Satu kaki LaLiga patah. Tanpa Ronaldo, antusiasme penggemar sepak bola pada LaLiga mulai menurun. Penggemar berat Ronaldo banyak yang sudah setengah hati mendukung Madrid. El Classico mulai tak seru.

Lionel Messi tanpa rivalitas langsung dari Ronaldo juga tak sangar lagi. Ia bermain lebih santai, namun tetap elegan dan produktif. Matanya tak berapi lagi. Messi seperti kehilangan semangatnya. Ditambah masalah internal klub yang tak kunjung berakhir. Hanya uang besar yang mampu menahan Messi tetap di Barcelona dan Liga Spanyol.

Momen-momen buruk kemudian bergantian hadir. Terpaan pandemi COVID-19 membuat keuangan Real Madrid carut marut. Tak ada bintang besar lagi yang mampu mereka datangkan. Eden Hazard, well, lihat apa yang mampu pemain Belgia itu berikan. Tak ada seujung kukunya Ronaldo dalam hal memberi dampak bagi Madrid.

Sementara Barcelona, masih cukup cerdik mendatangkan sejumlah nama mahal. Namun kemudian mereka tersandung masalah gaji. Beban upah pemain tak lagi relevan dengan kondisi keuangan saat ini. Buntutnya, mereka harus kehilangan sang pemegang mahkota; Lionel Messi.

Jika kehilangan Ronaldo saja LaLiga sudah kelimpungan, mari kita lihat apa LaLiga bisa tetap beken tanpa Ronaldo dan Messi? Apalagi, di masa kejayaan mereka, LaLiga belum mampu mengambil alih pasar Asia dari Premiere League. Semoga Mbah Javier Tebas sehat selalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: