Rossi dan Messi Bikin MotoGP dan LaLiga Tak Sama Lagi

Rossi dan Messi Bikin MotoGP dan LaLiga Tak Sama Lagi

"Saya pikir MotoGP kurang lebih akan sama dalam persaingan di lintasan, tetapi tribun penonton tidak," kata sang ayah, dilansir dari Motorsport.

"Sampai sekarang, penggemar berat tribun kuning neon dan nomor 46 masih terlihat dominan," lanjutnya.

Yang dikatakan Graziano Rossi memang benar adanya. Di sirkuit mana pun MotoGP digelar, pendukung Rossi selalu jadi yang paling mencolok. Dari segi warna maupun kebisingan yang diciptakan. Dan apa yang terjadi di lintasan, adalah representasi dari apa yang terjadi di luaran. Pendukung layar kaca Rossi begitu banyak, di berbagai belahan dunia.

Eksistensi MotoGP untuk jadi ajang balap paling populer, bahkan mengalahkan F1. Tak lain karena keberadaan Rossi. Karena dalam hal eksposur, segala hal yang berkaitan dengan Rossi akan mendapat insight tinggi. Dan dalam dunia pasar, makin sering produk (MotoGP) muncul di hadapan publik, makin besar juga peluang mendapat perhatian dan sponsorship.

Tanpa Rossi, MotoGP memang akan tetap kompetitif dan atraktif. Terlebih beberapa pembalap muda mulai menunjukkan taringnya. Sementara Si Bayi Alien, Marc Marquez juga dipercaya bisa tampil optimal lagi pasca cedera panjangnya. Soal persaingan, tak akan jadi soal. Kehilangan Rossi tak akan menghilangkan kualitas MotoGP.

Namun tanpa Rossi, MotoGP akan kehilangan separuh pamornya. Ini akan berdampak pada banyak hal ke depannya. Paling sederhana saja, penonton Rossi tak akan memadati sirkuit lagi. Rating televisi juga bisa anjlok karena tak ada yang bisa memaksa fan Rossi tetap menonton aksi pembalap lainnya.

"Valentino selalu bertubuh besar, baik secara positif maupun negatif. Dia akan tetap di tengah panggung (disorot) apakah dia menang atau tidak menang," kata Dovi mengutip Tuttomotoriweb, Januari 2020 lalu. Ketika ditanya soal kemungkinan pensiunnya Rossi.

Pernyataan Dovi selanjutnya juga sama. Katanya, diakui atau tidak Rossi merupakan salah satu pembalap yang membawa MotoGP jadi lebih besar dan dikenal banyak pihak seperti sekarang.

"Jika berhenti, saya pikir itu akan membawa perubahan besar bagi semua orang, tetapi saya benar-benar berpikir dia akan melakukan segalanya untuk tidak berhenti," katanya.

Walau pada akhirnya, kekhawatiran ini masih lah asumsi. Namun tetap saja, MotoGP tak akan lagi sama, mulai musim depan.

*

Para petinggi PSSI-nya Spanyol rasanya sedang harap-harap cemas saat ini. Kejayaan LaLiga di pentas Eropa yang mulai memuncak di era Los Galacticos jilid duanya Real Madrid dan generasi emas La Masia-nya Barcelona. Kini berada di ambang keterpurukan.

Pasalnya, 2 megabintang yang berkaitan dalam membawa kedigdayaan LaLiga itu; Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Secara resmi tak akan lagi bermain di Tanah Spanyol. Ditambah dengan salah strateginya LaLiga untuk menembus pasar dunia. Begini … begini.

Sejak medio 2008, LaLiga mulai meruntuhkan dominasi Liga Primer Inggris di pasar dunia. Walau belum mampu mengalahkan dari sisi penjualan hak siar. Namun secara prestasi, tim-tim LaLiga begitu menonjol. Kedigdayaan LaLiga memang melibatkan banyak nama besar. Dari Real Madrid misalnya, ada nama Cristiano Ronaldo, Xabi Alonso, Sergio Ramos, Pepe, Casillas, Benzema, Bale, dan masih banyak lagi. Termasuk sang pelatih, Jose Mourinho. Dari kubu rival, Barcelona memiliki Lionel Messi, Xavi Hernandes, Iniesta, Puyol, Abidal, Valdes, Busquets, David Villa, dan ya … banyak. Termasuk di dalamnya pelatih Pep Guardiola.

Kemegahan skuat Barca dan Real, ditambah berondongan prestasi mereka di kompetisi Eropa. Membuat LaLiga lebih dikenal oleh penggemar sepak bola dari seantreo bumi. Pertumbuhan fan dari kedua klub sangat meroket. Yang sebenar-benarnya meroket, ya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: