Mengenal Ervina Fitriyani Memimpin Perusahaan dengan Sentuhan Berbeda

Mengenal Ervina Fitriyani Memimpin Perusahaan dengan Sentuhan Berbeda

Sosok satu ini mendobrak dominasi. Kepemimpinan perusahaan tambang batu bara kerap dipegang laki-laki. Umumnya begitu. Khususnya di Kaltim. Tapi tidak demikian di PT Oorja. Perusahaan asing yang beroperasi di Kaltim ini mempunyai salah satu pimpinan seorang perempuan: Ervina Fitriyani.--------------------------------------

Oleh: Ufqil Mubin

MENJABAT sebagai General Manager Corporate. Sudah lebih dari 13 tahun berkarir di perusahaan asing tambang batu bara. Memimpin ribuan karyawan. Berhadapan dengan beragam tantangan internal dan eksternal perusahaan. Kepada nomorsatukaltim.com dia berbicara banyak hal. Soal tambang di Kaltim. Dia didampingi Eka Wahyuni, Kamis (17/10/2019) sore.

Vina membuka perspektif negatif dan positif dalam pertambangan batu bara di Bumi Etam dan pengalamannya memimpin perusahaan asing.

Terhitung sejak 2008, dia menjadi Deputi General Manager (GM) PT Bina Insan Sukses Mandiri. Banyak tantangan yang dihadapinya. Alam dari sisi teknis dan non teknis, bisnis, aturan, dan masyarakat. Dari segi alam, perusahaan beroperasi serta mengurai volume tanah.

Pengerukan batu bara membuat isi bumi terangkat. Dari lahan yang berbentuk gunung, berubah menjadi lahan yang rata. Rona awal lingkungan alam berubah total.

Dari segi bisnis, harga batu bara kadang naik dan turun. Kemudian aturan yang selalu berubah. Dinamis. Itu pula yang membuat Vina merasa tertantang memimpin perusahaan tambang batu bara. Dia berhadapan dengan aspek non teknis. Tidak mudah diprediksi.

Di Kutai Barat, perempuan ini menghadapi warga yang kerap melakukan demonstrasi. Menentang kehadiran perusahaan di wilayahnya. Masyarakat yang terbiasa bercocok tanam dan berladang tiba-tiba berhadapan dengan perusahaan tambang. Yang mengubah kehidupan dan cara pandang.

Dia pernah berhadapan langsung dengan warga. Vina belajar tentang psikologi masyarakat. Tahun 2010-2013 pada awal perusahaan yang dipimpinnya berproduksi. Banyak warga menuntut berbagai macam hal.

Dia menganggap wajar warga melakukan demonstrasi. Lingkungan yang berubah membuat orang-orang di sekitar perusahaan menuntut kehidupan yang lebih baik.

Masyarakat berada di area yang minim fasilitas publik. Tiba-tiba terbuka kesempatan. Dari perusahaan yang baru beroperasi di sekitar permukiman penduduk. Misalnya masyarakat menuntut fasilitas kesehatan, listrik, dan sekolah.

Sebagai pemimpin perusahaan asing. Yang sudah terbiasa dengan kultur yang sudah maju. Harus berhadapan dengan masyarakat yang masih butuh pembenahan dari segi fasilitas. Pandangan terhadap tambang pun relatif belum terbangun.

Karena itu, Vina harus berusaha mengubah cara pandang (mindset) masyarakat di sekitar perusahaan.

“Semuanya berubah setelah kita membangun pendekatan yang baik dengan masyarakat. Sekarang perusahaan kita satu-satunya yang hampir tidak pernah didemo. Boleh dibilang, dalam kondisi terburuk pun, tahun 2016, perusahaan kita yang beroperasi dengan baik. Artinya, masyarakatnya cukup bahagia,” jelasnya.

Perempuan ini senang mempelajari pola gerakan dan psikologi massa. Sehingga banyak ide yang muncul. Untuk membangun hubungan baik dengan warga. Vina punya cara tersendiri. Terinspirasi dari pepatah China, “Kalau kamu ingin memenangkan musuhmu, kasih dia makan. Dan untuk hal ini, sentuhan seorang wanita salah satu obat mujarab”.

Perusahaan tak langsung membebaskan lahan. Melainkan membangun hubungan baik dengan warga. Beberapa kali mendekati warga, dia melihat orang-orang itu bahagia, senang, hingga akhirnya menerima kehadiran perusahaan.

“Yang tadi mereka ngotot. Pokoknya ‘saya maunya segini.’ Setelah kita dekati, mereka menerima apa pun yang kita tawarkan. Mereka melemah. Mau bernegosiasi dengan damai. Mau bekerja sama dengan perusahaan. Masyarakat bisa paham bahwa akan lebih baik menjalin kerja sama. Dengan perusahaan untuk jangka panjang,” bebernya.

Di balik itu. Perusahaan mesti membangun hubungan, mengubah cara pandang, dan memahami psikologi warga. Vina berpendapat, banyak perusahaan yang ditolak warga. Karena gagal menciptakan pendekatan positif.

Pada saat orang-orang marah, pemimpin perusahaan tidak boleh ikut dalam suasana emosional tersebut. Apalagi mengambil keputusan yang justru kontra dengan tuntutan warga. Memahami dan memberikan pengertian adalah langkah awal sebelum keputusan diambil.

“Misalnya pada saat pembebasan lahan. Ada penolakan. Pahami dulu orangnya. Masalah materi, itu belakangan. Ubah pola pikir manusianya dulu. Kalau ada orang yang sedang emosi, kemudian kita lawan, justru akan berantam,” jelasnya.

Menurutnya, perusahaan di Kaltim relatif tertib. Khususnya yang memiliki izin dari pemerintah. Terlebih perusahaan yang memegang izin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B). Setiap kali perusahaan melakukan pelanggaran, akan ada sanksi dari pemerintah. Misalnya tidak tertib mengelola lingkungan. Pemerintah dapat menghentikan penjualan perusahaan tersebut.

Terhadap anak-anak yang meninggal di lubang eks tambang, tak selamanya perusahaan dapat disalahkan. Banyak perusahaan yang telah memasang peringatan di sekitar lubang bekas tambang. Di situ terdapat larangan. Sesuai ketentuan. Ada juga patroli. Tetapi tak mungkin selama 24 jam perusahaan dapat mengontrol warga.

Dari segi ekonomi, perusahaan dapat membuka lapangan kerja, menyetor pajak kepada pemerintah, membangun fasilitas infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, serta menciptakan program-program pengembangan dan pemberdayaan sosial.

“Artinya, keberadaan perusahaan itu juga banyak sisi positifnya,” sebut Vina. (eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: