Intrusi Air Laut Ganggu Suplai Listrik

Intrusi Air Laut Ganggu Suplai Listrik

TANJUNG REDEB, DISWAY – Pemadaman listrik bergilir terpaksa dilakukan 28-30 September, hal itu menyusul gangguan di PLTU Lati, karena instrusi air laut ke Sungai Berau di kawasan Lati. Di mana air baku digunakan untuk menghasilkan uap boiler atau penggerak turbin. Manajer PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Berau, Hendra Irawan menyatakan, dampak dari intrusi air laut/asin itu, membuat kerusakan di bagian boiler dan otomatis suplai daya listrik terganggu, sehingga pengurangan beban dilakukan.“Kami sudah terbitkan surat edaran, terkait pemadaman bergilir 28-30 September,” terangnya. Menurut Hendra, turunnya debit air Sungai Berau di kawasan Lati, akibat kemarau dan air laut masuk ke Sungai Berau. Dimana sungai tersebut, merupakan sumber air baku untuk operasi boiler PLTU Lati dengan kapasitas 3x7 Megawatt (MW). Intrusi air laut/asin menyebabkan berkurangnya air baku tawar untuk menghasilkan uap penggerak turbin. Ambang batas kadar garam dalam air baku PLTU Lati adalah maksimal 300 µS/cm (mikro Siemens per centimeter), sedangkan saat ini kadar garam telah mencapai 1.767 µS/cm. Bahkan pada 28 September 2019, sempat mencapai 2.060 µS/cm. Sebelumnya yang terparah, hanya mencapai 600 µS/cm. Lanjut Hendra, jika dipaksakan untuk beroperasi, maka dapat menyebabkan korosif, pengkristalan, serta terjadi penyumbatan pada pipa boiler yang berdampak pada kerusakan mesin hingga menganggu proses penguapan pada turbin, bahkan risiko terburuk dapat menyebabkan ledakan di pembangkit. “Kejadian ini baru pertama kali terjadi, dan sekaligus menjadikanya yang terparah, sebab biasanya kadar garam itu di angka 200 µS/cm,” jelasnya. Kebutuhan air baku tawar, diisebutkannya, untuk 3 bolier yakni 200 KL (Kilo Liter), tetapi dengan kondisi saat ini disiasati menjadi 20-40 KL, tergantung kondisi beban terhadap mesin. Kebutuhan daya listrik Kabupaten Berau, pada beban puncak mencapai 26 MW, kapasitas yang ada dari semua pembangkit yang ada mencapai 27 MW. Sementara karena gangguan pada PLTU Lati, suplai daya berkurang hingga 5 MW, meski total daya di PLTU Lati mencapai 21 MW, namun yang disuplai ke PLN hanya 15 MW. Sisanya untuk operasional pembangkit dan suplai ke PT Berau Coal. Direktur Utama PT Indo Pusaka Berau (IPB) Najemuddin, membenarkan kondisi intrusi air asin yang berdampak pada suplai air baku tawar, akibatnya memaksa satu mesin pembangkit diistirahatkan. Intrusi air asin itu sudah terjadi dalam sepekan terakhir, dan menyebabkan ada kebocoran pipa atau terjadinya korosif akibat air asin. PLTU Lati selama ini membutuhkan suplai air baku tawar mencapai 200 KL, yang ditampung dan diolah sendiri layaknya suplai air tawar oleh PDAM. “Kami tadi cek masih ada air asinnya, sementara ini suplai air baku kami dari PDAM ada menyiagakan dua unit mobil tangki dan dari pemadam ada 4 mobil tangki,” jelasnya. Untuk mobil dari pemadam mengambil air baku dari Sungai Segah di Kawasan Gunung Tabur, karena belum terjadi intrusi air laut. Menurut Najemuddin, intrusi air laut ini pertama kali terjadi selama dirinya menjabat. Boiler yang terdampak sudah dilakukan pengurasan, kemudian diganti dengan air baku tawar yang baru. “Saat ini PLN UP3 Berau, bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Berau, PT PDAM Tirta Segah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), bahu membahu untuk memenuhi kebutuhan air yang aman sebagai bahan baku beroperasinya kembali PLTU Lati,” tutupnya. (*/rie/app)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: