Naik Lagi
Karena itu sewaktu D-dimer saya tidak kunjung turun, dokter Ben-Chua menyarankan kaki saya di-ultrasound. Siapa tahu terjadi penggumpalan darah di kaki. Kenapa di kaki? “Karena banyak terjadi kasus seperti itu,” ujarnya.
Dokter Hanny Handoko, ketua tim dokter saya, lantas bertanya: apakah ada keluhan di kaki? “Tidak ada,” jawab saya. Dokter pun memeriksa kaki saya. Tidak terlihat ada tanda apa-apa.
“Kasus penggumpalan darah di kaki memang banyak. Tapi itu hanya terjadi di ras kulit putih,” ujar dokter Jefrey yang setelah lulus dari Unair kuliah lagi di Amsterdam dan Leiden. Selama 10 tahun. “Untuk orang Asia jarang sekali,” tambahnya.
Tapi Jefrey setuju saja kaki saya di-ultrasound. Ternyata memang tidak ditemukan penggumpalan di kaki.
Itulah salah satu kemisteriusan Covid-19. Bisa membuat D-dimer naik. Prof Puruhito menjelaskan ke saya sangat rinci dan teknis. Bagus sekali. Tapi saya takut Disway nanti menjadi seperti ruang kuliah di fakultas kedokteran.
Dunia kedokteran ternyata, sebenarnya, sudah agak lama mengenal istilah D-dimer. “D-dimer mulai dikenal di tahun 1990-an,” ujar Prof Dr Med Puruhito “ayatullah-nya” bedah jantung Surabaya.
Mengapa waktu aorta saya dulu pecah tidak dilakukan test D-dimer? “D-dimer itu terkait dengan sistem vena. Bukan aorta,” ujar Prof Puruhito, guru besar Unair Surabaya itu.
“Penjelasan itu benar sekali,” ujar dokter Ben-Chua saya saat tanya soal itu. Ternyata ia tidak perlu mengetes D-dimer saya karena yang pecah itu aorta. Saya juga bersyukur menjadi tahu pentingnya vitamin D.
Pentingnya vitamin D dalam penanganan Covid dimulai di India. Itu karena di sana banyak ditemukan gangguan pernapasan karena kekurangan vitamin D.
Kesimpulan saya: dokter telah belajar banyak dari ‘”Fakultas Kedokteran Covid, di Universitas Pandemi”. Bayangkan betapa sialnya nasib yang terkena Covid di awal-awal dibukanya “universitas pandemi” ini.
Dunia internet juga demikian majunya. Best practices di pojok dunia ujung, bisa segera diikuti di pojok dunia lainnya. Termasuk Indonesia.
Sampai-sampai saya kaget ketika dites unsur D-dimer dalam darah saya. Seumur-umur tidak pernah mendengar itu.
Pun sebelum dokter visite ke kamar pasien, saya sudah menjelajah internet dulu: apa itu D-dimer. Di situ saya baru tahu: mengapa banyak orang yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 tapi meninggal juga. (*)
sumber: disway.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: