HBA Terus Menguat

HBA Terus Menguat

TANJUNG SELOR, DISWAY – Harga batu bara acuan (HBA) terus membaik. Bahkan, di Februari ini, HBA mengalami kenaikan mencapai 15 persen atau USD 87,79 per ton. Dibanding pada Januari lalu, yang sebesar USD 75,84 per ton.

Menurut informasi yang diterima Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Utara, kenaikan HBA karena sentimen positif atau commodity supercyle dari dalam maupun luar negeri. “Adanya sentimen commodity supercycle atau perkembangan harga komoditas yang drastis, antara lain kenaikan harga gas, ikut memperkuat harga batu bara," kata Kepala Seksi Konservasi dan Produksi Batubara Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Utara, Zainal Arifin, Jumat (5/2). Lanjut Zainal, sinyal supercycle ini, juga diyakini Kementerian ESDM akan terjadi pada berbagai komoditas pertambangan. Salah satu pemicunya, berasal dari suku bunga acuan yang rendah, dolar AS yang lemah, hingga pertumbuhan ekonomi, serta pembangunan infrastruktur di berbagai negara. Selain faktor supercycle tersebut, pendorong utama lain kenaikan HBA, adalah melonjaknya permintaan dari Tiongkok. Yang memang merupakan pasar besar batu bara Indonesia. "Suplai batu bara domestik Tiongkok tidak dapat memenuhi kebutuhan batu bara pembangkit listrik. Sehingga, permintaan naik. Kaltara menjadi salah satu daerah di Indonesia yang juga menyuplai batu bara ke sana,” ujarnya. Menurut Zainal, secara umum harga batu bara kembali pulih dalam empat bulan terakhir. Setelah sepanjang 2020 lalu, mengalami tekanan akibat pandemik COVID-19. Dimulai pada Oktober 2020, harga batu bara berada di angka USD 51/ton, November 2020 (USD 55,71/ton), Desember 2020 (USD 59,65/ton), dan Januari (USD 75,84/ton). "Harapannya tren positif ini, akan terus terjadi. Agar perekonomian kembali pulih," ujarnya. Zainal juga mengatakan, perubahan HBA terjadi akibat faktor turunan suplai, dan faktor turunan demand. Untuk faktor turunan suplai, dipengaruhi season atau cuaca, teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain. Seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal. Sementara, untuk faktor turunan demand, dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun. Berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain seperti LNG, nuklir, dan hidro. Ia juga mengatakan, HBA Februari ini, akan dipergunakan pada penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: