Tantangan Mengajar Daring di Masa Purnabakti
OLEH: YULI RUSDIANA* Bu, file materinya belum ada di Google Class, kata seorang murid. Saya pun mengecek kembali file yang rasanya baru saya upload. Hmm.. rasa-rasanya sudah berkali-kali saya upload, gumamku.
Itu adalah sepenggal cerita mengajar daring versi saya. Mengajar daring di usia saya tentu tidaklah mudah. Dalam hitungan bulan akan memasuki masa pensiun. Masa purnabakti. Beristirahat atas pengabdian mengajar selama ini. Meski begitu, saat pemerintah di masa COVID-19 mengalihkan pembelajaranan tatap muka secara daring, hal itu tak melunturkan semangat saya untuk tetap mendidik murid-muridku.
Beragam tantangan saya dapatkan. Mulai dari mengoperasikan aplikasi seperti Zoom, Google Class, mengunduh materi, dan menjaga interaktivitas yang baik secara maya, tentu tidaklah mudah bagi guru seusia saya. Terkadang ada saja kendala-kendala yang akhirnya membuat kelas berjalan sekadar formalitas belaka. Saya tak ingin itu terjadi di kelas saya. Saya harus tetap mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi, memahami teknisnya, walau tak sedetail para generasi muda. Meskipun di usia berkepala lima ini saya tetap ingin agar murid-murid tetap mendapatkan hak mereka dalam mendapatkan ilmu yang baik. Kalau saya pikir-pikir, anak-anak jauh lebih canggih dalam hal teknologi. Wajar saja. Mereka lahir dan hidup di tengah gempuran perkembangan teknologi yang sedemikian pesat. Zaman terus berubah. Dinamis. Agar terus berbuah manis, perlu menghadirkan metode-metode baru dalam pembelajaran. Saya cukup takjub dengan perkembangan itu. Selama 30 tahun mengajar, saya banyak mengamati beragam metode pembelajaran dan sekarang saya berada dalam metode pembelajaran berbasis internet yang bagi saya teramat canggih. Meskipun begitu, saya tak ingin guru-guru seusia saya tergilas oleh hadirnya mesin pencari seperti Google dan lainnya. Guru juga harus mampu beradaptasi atas perkembangan teknologi. Siapa bilang tidak bisa? Bisa. Walau banyak hal yang membutuhkan waktu untuk dimengerti. Selama saya mengajar, murid-murid pun cukup kooperatif dalam kelas online. Walaupun terkadang ada saja yang bandel. Dengan alasan yang beragam. Seperti lupa mengumpulkan tugas. Kelemahannya, saya juga sering mendapati murid-murid yang tinggal di pedalaman. Mereka tak dapat mengikuti kelas online. Karena tidak memiliki handphone dan tak mampu membeli paket internet serta terkendala sinyal yang susah didapatkan. Meski sudah mendapat subsidi dari pemerintah, namun ada saja kendala yang tak terakomodasi. Sehingga sebagai guru mau tidak mau saya harus memberikan pemakluman dan mencoba mengerti hal-hal tersebut. Bagi sebagian mereka, handphone adalah barang mewah, tak semua anak mampu memilikinya. Kalau sudah begini, saya pun berfikir untuk mencari alternatif metode pembelajaran lain. Agar materi dan komunikasi dengan murid-murid seperti mereka tetap sampai dan terjaga. Mengajar daring memang banyak suka dan dukanya. Mulai dari pusing menghadapi kerumitan teknologi hingga perilaku murid-murid yang berbeda-beda. Karena itu, saya sangat merindukan mengajar tatap muka secara langsung, bertemu dengan murid-murid, bercanda dan masih banyak lagi kegiatan tatap muka yang akan saya rindukan menjelang saya memasuki masa pensiun. Harapan besar saat ini, semoga COVID-19 segera selesai. Kondisi dapat normal kembali. Agar pengajaran tetap dapat kembali normal. Karena sesungguhnya pengajaran tatap muka masih sangat dirindukan dan menjadi primadona. Komunikasi virtual nyatanya kini menjadi satu-satunya alternatif. Agar kegiatan belajar tidak mati. Namun saya merasakan begitu banyak orang, murid-murid yang rindu belajar di kelas secara offline. Kita harus mencoba beradaptasi dengan metode ini. Agar tidak tertinggal. Menjaga kehidupan. Supaya jauh dari virus corona. Teruntuk murid-muridku, tetaplah semangat dalam belajar, mengejar ilmu dan pandai-pandailah beradaptasi menggunakan teknologi secara bijaksana. Karena suatu saat dunia akan terus berubah dan berputar dengan cepat. Selamat belajar online. (*Guru SMKN 4 Samarinda) Nomorsatukaltim.comCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: