Million Maga March

Million Maga March

Tulisan ini seharusnya ditunda empat jam lagi agar bisa menampung apa yang terjadi di Washington DC Minggu pagi hari ini.

Alex Jone sendiri tidak berangkat ke Washington. Ia memberi komando dari corong radionya di Austin, Texas. Umurnya kini 46 tahun. Duda –sudah sejak lima tahun lalu. Anaknya tiga –yang terbesar sudah mengikuti langkahnya. Ia kawin saat umurnya sudah 34 tahun.

Di Amerika Jones dikenal sebagai orang No. 1 sebagai penganut teori konspirasi. Ia terpengaruh bacaannya saat di SMA. Umur 19 tahun Jones sudah berkenalan dengan corong radio. Lalu masuk ke dunia siaran. Ia sempat kuliah di Community College tapi drop out.

Rupanya pendengar radio banyak juga menyenangi teori konspirasi. Kian lama siarannya kian populer. Setiap ada peristiwa besar ia analisis dari sudut teori konspirasi.

Bom yang meledakkan gedung di Oklahoma itu misalnya  –yang menewaskan lebih dari 70 orang itu– menurut Jones direncanakan oleh pemerintah. Apalagi Covid-19 –ia hanya percaya itu alat yang sengaja diciptakan untuk memiskinkan Amerika.

Bahkan pendaratan manusia Amerika di bulan tahun 1969 ia nilai hanya pura-pura.
“Ia itu orang yang tidak stabil. Dekat dengan perbuatan kriminal. Dan seperti pemain watak,” ujar Kelly Jones, mantan istrinya.

Apa pun yang jelas dua hari terakhir ini suara Jones-lah yang mereka dengar.
Saya tidak pernah menduga bahwa di Amerika –kelak di tahun 2020– bisa terjadi pihak yang kalah Pilpres tidak mengakui kekalahan, bahkan mengerahkan massa.

Saya tidak habis berpikir: belajar demokrasi dari negara mana Trump itu.

Tapi saya tidak boleh berburuk sangka seperti itu. Siapa tahu mereka itu berbondong ke Washington DC sekadar untuk menghibur Trump. Agar Trump jangan terlalu nelangsa –ini lho masih begitu banyak yang fanatik pada Anda.

Bahkan di akhir Million Maga March itu jangan-jangan Trump muncul dari balkon Gedung Putih. Lalu menatap masa yang begitu besar di arah bawah kejauhan sana.
Masa pun membalas melihat pujaan mereka yang berdiri termangu di balkon. Massa itu lalu terdiam senyap menunggu apa yang akan diperintahkan oleh Trump.

Sejenak kemudian Trump mengambil mikrofon. Ternyata, dari balkon itu, ia membuka mulutnya: lalu menyanyikan lagu “don’t cry for me….”. (*)

sumber: disway.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: