Kekuasaan Pangeran Saudi di Ujung Tanduk

Kekuasaan Pangeran Saudi di Ujung Tanduk

Seorang sumber Saudi dalam lingkaran yang setia pada putra mahkota mengatakan, “Peristiwa terbaru ini tidak akan memengaruhi dirinya secara pribadi sebagai penguasa potensial. Seiring ia berusaha menghentikan ekspansi Iran di kawasan itu. Ini adalah masalah patriotik, dan karenanya ia tidak akan berada dalam bahaya. Setidaknya selama ayahnya masih hidup.”

Seorang diplomat asing senior kedua mengatakan, masyarakat Saudi biasa masih ingin bersatu melihat MBS sebagai pemimpin yang kuat, tegas, dan dinamis.

Kantor media pemerintah Saudi tidak menanggapi pertanyaan terperinci dari Reuters untuk artikel ini.

Putra mahkota itu—saat wawancara televisi yang disiarkan pada Minggu (29/9) oleh media AS CBS—mengatakan, melindungi Saudi sulit. Karena ukuran kerajaan yang besar dan skala ancaman yang dihadapinya.

“Sangat sulit untuk membahas semua ini sepenuhnya,” katanya.

Dia juga menyerukan aksi global yang “kuat dan tegas” untuk mencegah Iran. Tetapi dia lebih suka “solusi damai” daripada solusi militer.

MEMICU KEBENCIAN

Yang dipertaruhkan adalah stabilitas politik di negara pengekspor minyak terbesar di dunia tersebut—sekutu utama AS di Timur Tengah.

Putra mahkota MBS secara resmi berada di baris berikutnya untuk takhta menggantikan ayahnya yang berusia 83 tahun, Raja Salman, dan merupakan penguasa de facto negara itu. Dia telah berjanji untuk mengubah Saudi menjadi negara modern.

Putra mahkota yang berusia 34 tahun itu—yang populer di kalangan pemuda Saudi—telah menerima pujian di dalam negeri. Karena melonggarkan pembatasan sosial di kerajaan muslim konservatif tersebut, memberi perempuan lebih banyak hak, dan berjanji untuk mendiversifikasi ekonomi yang saat ini sangat bergantung pada minyak Saudi.

Tetapi kontrol negara terhadap media dan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat di kerajaan Saudi membuatnya sulit untuk mengukur tingkat antusiasme yang tulus di dalam negeri.

Serangan 14 September membakar 2 pabrik raksasa minyak negara Saudi Aramco, yang pada awalnya menghancurkan setengah dari produksi minyak kerajaan Saudi—5 persen dari produksi minyak global.

Saudi mengatakan, Iran bertanggung jawab—penilaian yang sama dimiliki oleh para pejabat AS. Para pejabat Iran membantah terlibat.

“Besarnya serangan ini terlihat jelas oleh masyarakat, dan juga fakta bahwa dia (putra mahkota) adalah menteri pertahanan dan saudaranya adalah wakil menteri pertahanan. Namun bisa dibilang negara ini telah mengalami serangan terbesar yang pernah ada,” kata Neil Quilliam, seorang peneliti senior di Chatham House, sebuah wadah pemikir urusan internasional yang berbasis di London.

“Ada kepercayaan yang semakin menurun pada kemampuannya untuk mengamankan negara—dan itu adalah konsekuensi dari kebijakannya,” kata Quilliam, seorang spesialis di Saudi dan Teluk. MBS mengawasi kebijakan luar negeri, keamanan, dan pertahanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: