Kilang Pertamina Balikpapan Nyalakan Flare Raksasa HCC, Ini Artinya!
Flare HCC PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) yang resmi aktif. -IST/Kilang Pertamina Balikpapan-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM – PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) mengumumkan aktifnya sistem pembakaran gas berlebih (flare) pada unit Hydrocracking Complex (HCC), sebagai bagian dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan–Lawelawe.
Langkah ini menandai kemajuan teknis menuju fase operasional penuh kilang yang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Flare ini berfungsi membakar kelebihan gas hasil proses produksi dan menjadi indikator kesiapan fasilitas baru untuk mengolah minyak dengan kapasitas dan kompleksitas lebih tinggi.
Menurut Vice President Legal & Relation PT KPB, Asep Sulaeman, penyalaan flare mencerminkan kesiapan menghadirkan sistem energi yang lebih andal dan aman.
BACA JUGA: Pertamina Dorong Koperasi Merah Putih Jadi Subpangkalan LPG untuk Jaga Stabilitas Harga di Kaltim
Flare HCC dibangun pada struktur yang sama dengan New Flare Balikpapan II (BPP II), yang telah beroperasi sejak 2021.
“Nyalanya flare bukan hanya tanda kesiapan kilang untuk beroperasi, tetapi juga komitmen kami menghadirkan energi yang lebih andal, aman, dan ramah lingkungan bagi negeri,” ujar Asep melalui konferensi pers tertulis yang diterima Nomorsatukaltim, Rabu 8 Oktober 2025.
Adapun menara pembakaran setinggi 145 meter ini berdiri di atas perairan di sisi barat Kilang Balikpapan, menggunakan fondasi steel pipe pile tahan karat berdiameter 78 inci.
Proses instalasi dilakukan dengan metode gin pole dan melibatkan Rope Access Technician (RAT), teknik yang memungkinkan pembangunan di area terbatas.
BACA JUGA: Pengawasan Distribusi BBM Subsidi di Kaltim, Rudy Mas'ud: Jangan Dipakai untuk Industri dan Tambang
KPB menyebut bahwa lokasi menara telah dilengkapi sarana navigasi laut dan pembatas jalur pelayaran untuk menghindari gangguan terhadap aktivitas kapal.
Disamping itu, untuk keseluruhan tahap pengerjaan proyek, Asep menuturkan bahwa pembangunan flare HCC dijalankan dengan standar Health, Safety, Security, and Environment (HSSE).
Pengujian sistem, pemantauan emisi, dan simulasi tanggap darurat dilakukan secara terintegrasi, dengan dukungan pemerintah daerah dan lembaga keselamatan terkait.
Asep juga menyatakan bahwa keberhasilan aktivasi flare merupakan hasil kerja sama antara pekerja KPB, mitra kontraktor, dan masyarakat sekitar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
