Bankaltimtara

Kuli Bangunan di PPU Bunuh Perempuan yang Dibooking Gara-gara Minta Tambah Tidak Dilayani

Kuli Bangunan di PPU Bunuh Perempuan yang Dibooking Gara-gara Minta Tambah Tidak Dilayani

Tersangka RN (baju oranye) diancam bui lebih dari 15 tahun usai membunuh wanita yang dipesannya melalui aplikasi kencan.-IST/Polres PPU-

PENAJAM PASER UTARA, NOMORSATUKALTIM - Berawal dari aplikasi "hijau" yakni MiChat, seorang kuli bangunan berinisial RN (26) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) membunuh perempuan yang dibooking.

Perempuan berinisial WL (46) dibunuh dengan cara dicekik dan kepalanya dipiting hingga berujung meninggal dunia.

Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat 30 Mei 2025 di salah satu penginapan yang berlokasi di Kecamatan Sepaku, Kabupaten PPU.

Informasi yang dihimpun, RN maupun korban bertemu di penginapan setelah sebelumnya melakukan percakapan singkat melalui aplikasi kencan. Setibanya, berlanjut dengan melakukan hubungan badan layaknya suami-istri.

BACA JUGA: Polisi Tangkap 2 Pemuda di Kuaro saat Transaksi Sabu di Pinggir Jalan

BACA JUGA: Buron 2 Tahun Mantan Kades di Tabang Ditangkap Kejari Kukar, Terjerat Kasus Korupsi Dana Desa Rp1,54 Miliar

Selepas berhubungan intim dengan WL, pelaku meminta untuk kembali melakukan hal serupa. Namun, korban tidak mengindahkan keinginan dari RN. Keinginannya tak dituruti membuat RN sakit hati.

"Motifnya sakit hati. Saat tersangka minta ekstra time (tambahan waktu) korban tidak mengiyakan. Sehingga dilakukanlah penganiayaan," kata Kapolres PPU, AKBP Andreas Alek Danantara saat konferensi pers di Mapolres PPU, Selasa 1 Juli 2025.

"Berdasarkan hasil autopsi ada pendarahan di otak," terangnya. RN juga membenturkan kepala korban ke tembok.

Usai menghabisi nyawa WL, pelaku melarikan diri keluar daerah dengan membawa ponsel dan uang tunai Rp200 ribu milik korban sekira awal Juni.

BACA JUGA: Perempuan Lansia di Graha Indah Balikpapan Dibacok Parang, Polisi Dalami Motif Pelaku

BACA JUGA: Pelaku Pengancaman Bersenjata Tajam terhadap Driver Ojol di Balikpapan Ternyata Residivis Pembunuhan

Tak adanya saksi mata dan minimnya Closed Circuit Television (CCTV) di penginapan membuat polisi kesulitan mengungkap pelaku pembunuhan.

"Pemilik guest house juga tidak mengerti dan tak mengetahui kemana si pelaku. Kami kehilangan petunjuk pada saat itu, sehingga memerlukan waktu lebih dan usaha ekstra untuk mencari petunjuk," jelas Andreas.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait