Mulai dari tambahan pupuk subsidi, modernisasi alat dan mesin pertanian, percepatan tanam, digitalisasi, hingga penetapan harga gabah minimum dari Rp5.500 menjadi Rp6.500 per kilogram.
BACA JUGA: Dorong Indonesia Jadi Pemain Utama Global Industri Halal, Ini Langkah Strategis Kemenperin
BACA JUGA: Petani Milenial Jadi Ujung Tombak Swasembada Pangan di Kaltim, Target Rp25 Juta per Bulan
Amran juga menyoroti perbedaan signifikan dibanding era swasembada beras pada 1984, ketika jumlah penduduk Indonesia sekitar 166,6 juta jiwa.
Kini, stok tertinggi justru dicapai di tengah jumlah penduduk yang mencapai 283 juta jiwa.
Hal ini, kata Amran, menunjukkan sistem pangan nasional semakin efisien dan tangguh dalam menghadapi tantangan global.
“Stok ini akan kita gunakan untuk memperkuat cadangan strategis nasional, bantuan pangan, serta potensi ekspor jika diperlukan,” katanya menegaskan.
BACA JUGA: Dispora Kukar Berdayakan Atlet Pensiunan untuk Jadi Pelatih dan Wasit
BACA JUGA: 1.500 Warga Kaltim Terima Bantuan Modal Usaha, Diberikan Langsung ke Rumah Penerima
Untuk mendukung penyimpanan dan distribusi, pemerintah menyiapkan gudang darurat serta menambah 25.000 gudang prioritas di seluruh Indonesia.
Langkah ini dilakukan agar Bulog dapat menyerap hasil panen secara optimal dan memastikan cadangan tersimpan dengan baik.
Mentan menyatakan optimisme pemerintah terhadap tren positif ini, terutama dengan puncak panen dan percepatan tanam musim kedua yang sedang berlangsung.
Stabilisasi pangan nasional terus diperkuat melalui koordinasi lintas lembaga dalam proses penyerapan, distribusi, dan pengendalian harga di pasar.
Keberhasilan ini, menurut Mentan Amran, tidak lepas dari arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang berpihak pada petani.