Sepak Terjang Pemimpin Tertinggi Hizbullah Hassan Nasrallah, 32 Tahun Konsisten Lawan Israel

Sabtu 28-09-2024,21:30 WIB
Reporter : Baharunsyah
Editor : Baharunsyah

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, terbunuh di Beirut dalam serangan Israel. Pria berusia 64 tahun ini terbilang konsisten selama 32 tahun melawan Israel dan membela Palestina.

Riwayat Hidup
Hassan Nasrallah  mencapai puncak popularitasnya setelah perang dengan Israel pada 2006 lalu. dipandang sebagai pahlawan oleh banyak orang, tidak hanya di Lebanon tetapi juga di luar negeri karena berani menentang Israel.

Namun, hal itu berubah ketika Hizbullah mengirimkan pejuangnya ke Suriah hanya demi membantu menumpas pemberontakan yang mengancam pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Sejak saat itu Nasrallah tidak lagi dipandang sebagai pemimpin gerakan perlawanan, melainkan hanya sebatas pemimpin partai Syiah yang memperjuangkan kepentingan Iran, dan dikecam oleh banyak negara Arab.

Meskipun demikian, Nasrallah tetap mendapatkan dukungan dari basis pendukung setianya, khususnya kalangan Syiah Lebanon yang menghormatinya sebagai pemimpin dan tokoh agama.

BACA JUGA:Israel Makin Menggila, Berhasil Tewaskan Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah lewat Serangan Udara

BACA JUGA:Ibrahim Aqil, Komandan Senior Hizbullah Terbunuh oleh Serangan Udara Israel

Jauh sebelum itu, Nasrallah sebelumnay juga pernah gagal meyakinkan dunia arab Muslim Sunni, bahwa dirinya tidak terlibat dalam konspirasi pembunuhan mantan perdana menteri Lebanon, Rafik Hariri pada 2005 lalu. Padahal pengadilan internasional sempat mendakwa empat anggota Hizbullah yang diyakini terlibat dalam rencana tersebut.

Lahir pada 1960, masa kecil Nasrallah di Beirut Timur banyak bersinggungan dengan situasi politik. Ia anak dari sembilan bersaudara. Bisa dikatakan ia merupakan yang paling baik pemahaman spiritualnya sejak usia dini.

Nasrallah kecil sering berjalan-jalan ke pusat kota untuk mencari buku-buku bekas tentang Islam.

Nasrallah sendiri menggambarkan bagaimana ia menghabiskan waktu luangnya sebagai seorang anak kecil. ia sangat mengidolakan cendekiawan Syiah Musa al-Sadr, yang konon menjadi pelecut semangatnya untuk membesarkan komunitas Syiah di Lebanon.

Pada tahun 1974, Sadr mendirikan sebuah organisasi yang menjadi inti ideologis bagi partai Lebanon yang terkenal dan menjadi saingan Hizbullah nantinya. Organisasi itu bernama Amal.

Pada tahun 1980-an, Amal mendapat dukungan dari kaum Syiah kelas menengah yang frustrasi dengan didiskriminasikannya kelompok ini dalam perpolitikan Lebanon. Akhirnya, Amal berkembang menjadi sebuah gerakan politik yang kuat.

BACA JUGA:Mahkamah Internasional: Pendudukan Israel di Wilayah Palestina Melanggar Hukum

BACA JUGA:Menyentuh, Pesan Terakhir Menlu Retno Marsudi kepada Komisi I DPR RI : Saya Titipkan Palestina

Selain menyuarakan pesan anti kemapanan, Amal juga memberikan pendapatan yang layak bagi banyak keluarga Syiah khususnya di Lebanon Selatan.

Kategori :