JAKARTA, NOMORSATUKALTIM – Apakah mungkin kita melihat dua bulan bersinar di langit secara bersamaan?
Itulah pertanyaan yang muncul di benak banyak orang, setelah fenomena "bulan kembar" ramai diperbincangkan di media social akhir-akhir ini.
Banyak spekulasi beredar mengenai kejadian langka ini, namun apa sebenarnya yang akan terjadi di langit akhir bulan ini?
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pun angkat bicara untuk meluruskan informasi dan mengungkap fakta di balik fenomena yang sedang viral ini.
BACA JUGA: Makan Bersama Erau di Kukar, Tradisi Beseprah Pemersatu Masyarakat
BACA JUGA: Cek Jadwal Pelaksanaan Ujian SKD dan SKB CPNS 2024, Jangan Lupa!
BRIN melalui Peneliti Utama, Thomas Djamaluddin, meluruskan informasi ini dengan memberikan penjelasan ilmiah mengenai fenomena tersebut.
Thomas Djamaluddin menegaskan bahwa istilah "bulan kembar" tidak sepenuhnya tepat.
Menurutnya, Bumi hanya memiliki satu satelit alami yang kita kenal sebagai bulan.
"Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi yang ukurannya besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang," ujar Thomas melalui rilis resmi BRIN, dikutip Jumat (27/9/2024).
BACA JUGA: Kronologi Paus Sperma Terdampar di Perairan Balikpapan, Berat Diperkirakan 40 Ton
BACA JUGA: Berikan Kontribusi Nyata Bagi Dunia Pendidikan, BUMA Raih Kaltim Education Award 2024
Namun, Thomas menjelaskan bahwa pada periode tertentu, objek seperti asteroid bisa terperangkap oleh gravitasi Bumi dan mengorbit untuk sementara waktu.
Fenomena ini dikenal sebagai "bulan mini" atau "mini moon," bukan bulan kedua.
Salah satu contoh yang sedang menarik perhatian adalah asteroid dengan kode 2024 PT5. Asteroid ini diprediksi akan terjebak dalam gravitasi Bumi mulai dari 29 September hingga 25 November 2024.