JAKARTA, NOMORSATUKALTIM - Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), menyampaikan kritik tajam terhadap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, terkait kebijakan pendidikan dan kinerjanya selama ini.
Dalam forum diskusi bertema "Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan", yang disiarkan melalui YouTube TV Parlemen, JK menyoroti kinerja Nadiem.
Menurut JK, Nadiem telah melakukan kesalahan dengan mencontoh sistem pendidikan Finlandia dan Singapura untuk diterapkan di Indonesia.
"Mereka (Finlandia dan Singapura) income per kapitanya US$ 70.000, kita penduduknya 280 juta tetapi income per kapitanya US$ 4.500. Jauh sekali. Jadi kalau bicara pendidikan di sana mau merdeka silakan, mau bicara kimia ada labnya, mau bicara fisika ada labnya, mau olahraga, mau apa saja ada tempatnya," ujar JK, dilansir dari Jaringan Disway dan B-Network, Beritasatu.
BACA JUGA: 'Akademi FYP' Terwujud di Dunia Nyata, Kampus ini Buka Jurusan Influencer
BACA JUGA: Terduga Pelaku Penculikan Anak di Balikpapan Diringkus Polisi, Sempat Ancam Bunuh Korbannya
Menurut JK, kurikulum India, China, Korea, dan Jepang jauh lebih relevan untuk Indonesia.
"Kenapa India, Jepang? Hampir semua perusahaan besar di Amerika, CEO-nya orang India, mau Microsoft, Twitter dari india semua, nanti yang jadi presiden Amerika Kamala Harris itu ibunya India, perdana menteri Inggris dulu India, wali kota London, India. Berarti di sana pendidikan itu hebat. China kenapa maju, pendidikannya hebat, kita belajar ke sana," ujar JK.
Di negara tersebut, kata JK, Ujian Nasional (UN) tetap dipertahankan. Tapi di Indonesia malah dihapus.
"Jangan tiru satu sekolah di sini bikin kurikulum merdeka, tiba-tiba semua sekolah mau dimerdekakan kurikulumnya. Akibatnya beginilah," ujar JK.
BACA JUGA: Tindak Dugaan Pungli di SDN 021 Tanjung Redeb, Disdik Berau Akan Lakukan Koordinasi Internal
BACA JUGA: Borneo FC Siap Tampil Maksimal Kontra PSS Sleman
Menurut JK, hal ini justru menjadikan lulusan pendidikan di Indonesia tidak siap menghadapi dunia kerja.
JK juga menyoroti banyaknya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tidak terserap dalam pekerjaan sesuai bidangnya.
"Sebanyak 70 persen dari caddy di lapangan golf adalah lulusan SMK. Apa yang salah? Ekonomi atau pendidikan? Saya rasa dua-duanya salah," tukas JK.