NOMORSATUKALTIM - Mencapai target tingkat pengangguran terbuka (TPT) antara 4,5% hingga 5% pada tahun 2025 dinilai sebagai tantangan yang sulit.
Bob Azam, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mengemukakan bahwa kondisi pasar ekspor yang melemah akibat konflik geopolitik menjadi salah satu faktor yang menyulitkan pencapaian target TPT yang ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2025.
“Berat tantangannya ke depan,” kata Bob.
Selain faktor eksternal, kondisi domestik juga menjadi tantangan dalam mencapai target TPT antara 4,5% hingga 5% pada tahun 2025.
BACA JUGA : UMKM Go Digital, BI Kaltim Adakan Kaltimpreneurs 2024
Dia juga menambahkan bahwa keputusan Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk menaikkan suku bunga acuannya atau BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25% pada April 2024, menunjukkan pengetatan likuiditas.
Selain itu, rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun 2025 juga menjadi perhatian, dikhawatirkan akan mengakibatkan pelemahan daya beli masyarakat.
“Kalau toh sektor yang diuntungkan, sektor komoditas yang tidak terlalu banyak menyerap tenaga kerja,” ujarnya.
Bob berharap pemerintah dapat memusatkan perhatian pada peningkatan pasar dan daya beli masyarakat dengan melalui relaksasi pajak, agar target tersebut dapat tercapai.
“Fokus expense terhadap bidang-bidang ekonomi dan industri yang menciptakan nilai tambah dan multiplier efek,” jelasnya.
BACA JUGA : Warga Samarinda Dianggap Konsumtif, Jadi Surga bagi Toko Ritel Modern
Sebagai informasi, pemerintah pada tahun 2025 menetapkan target tingkat pengangguran terbuka antara 4,5% hingga 5,0%.
Target ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi yang positif di tahun tersebut, diharapkan dapat menghasilkan lapangan kerja baru dan menurunkan tingkat pengangguran.
Oleh karena itu, upaya dilakukan untuk menurunkan TPT menjadi di kisaran 4,5% hingga 5,0%.
BACA JUGA : Harga Gula Pasir di Samarinda Merangkak Naik, Stok Langka di Retail Modern