“Bentar dulu. Aku pesan minum dulu. Panas nih..” ujar Ayass.
Ayass pun memanggil pelayan kedai. Ia memesan air kelapa tanpa es dan makanan semi berat; ketela goreng.
Ayass kemudian bercerita bahwa dia sudah mengadakan pertemuan dengan kelompok kerjanya (Pokja). Kebetulan ia sebagai ketuanya. Dia juga sudah memanggil perwakilan dari pemangku kota. Yang hadir Sesepuh Bidang Pertanian itu bersama tiga orang stafnya.
Ayass pun menyampaikan sesuai rencana yang sudah dibahas dengan Usrif. Soal rasionalisasi anggaran itu. Karena angkanya terlalu mepet. Dia berharap bisa ada tambahan alokasi anggaran.
“Jadi berapa anggaran yang diusulkan itu?” tanya Usrif. “Ya, 1,3 triliun, sesuai yang kita bicarakan tempo hari”.
“Para pemangku kota setuju?”.
“Waktu itu mereka bilang akan dibahas. Tapi, kemarin rapat terakhir sih, sudah lampu hijau. Mereka akan menerima masukan dari sinuhun,” jelas Ayass.
Ayass adalah sinuhun. Ia sebagai ketua Pokja bagian Ekonomi dan Bisnis. Tugasnya bagaimana mendorong regulasi pemangku kota agar bisa menambah pendapatan. Program perluasan lahan ini masuk dalam wilayah pembahasan Pokjanya itu.
Usrif sebetulnya juga ada di Pokja yang sama. Anggota Ayass. Namun dari faksi berbeda. Tapi dalam urusan pengaruh, Usrif lebih diperhitungkan. Pengalamannya berorganisasi membuat Usrif lebih terlihat menonjol di Pokja itu. Apalagi, Usrif juga dikenal dekat dengan Kanjeng Sinuhun.
“Tapi, Kanjeng Sinuhun sudah tahu ya soal ini?,” tanya Ayass.
Selama pembahasan ini bergulir, Ayass belum sempat komunikasi langsung dengan Kanjeng Sinuhun. Pun di rapat-rapat besar yang menghadirkan sinuhun, tak pernah dibahas secara rinci soal ini. Semua skema seolah diatur oleh Usrif.
“Tenanglah itu. Pastinya semua kan nanti harus ada persetujuan beliau,” kata Usrif.
Usrif pun mencoba menenangkan Ayass. Jika proyek perluasan lahan pertanian ini berjalan lancar, tentu akan ada bagian panita yang terlibat. Panita ini termasuk dari para pemangku kota dan sinuhun. Usrif pun menyadari ada risiko besar jika ada yang menyoal proyek ini. Tapi, hasilnya bisa sepadan.
Memang, baban moral menjadi sinuhun sangat besar. Masyarakat terkadang menilai kontribusi sinuhun sejauhmana bisa membantu mereka dalam segala kegiatan. Bahkan untuk fasilitas warga seperti semenisasi jalan dan sebagainya itu. Baru saja menjadi sinuhun, tumpukan proposal permohonan bantuan sudah seabrek ditujukan kepadanya. Pun begitu yang dirasakan sinuhun lainnya.
“Ini kan nantinya kembali lagi ke masyarakat, betul kan?” kata Usrif. Ayass pun tertawa lepas. “Betul juga ya..hahaha..”.
Kemudian keduanya terdiam. Ayass tampak masih belum kelir sepenuhnya. Raut mukanya masih menunjukkan kegalauan. Pandangannya tertuju ke arah pantai. Usrif memahami gerak-gerik itu. Ada sesuatu yang belum jelas ia sampaikan sehingga Ayass masih ragu.