Akademisi UGM: Wilayah Kaltim Cocok Dibangun PLTN
Ilustrasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).--
Dampak sosial juga menjadi aspek yang tidak bisa diabaikan. Ketenagakerjaan, pengembangan infrastruktur lokal, dan edukasi terkait penerimaan masyarakat terhadap teknologi PLTN perlu dikaji dan ditingkatkan.
"Apabila pembangunan PLTN dilaksanakan di Kaltim, diperlukan kajian lingkungan hidup yang transparan, pelibatan masyarakat yang lebih intensif, dan langkah-langkah strategis lain untuk memastikan pembangunan berjalan lancar dan sesuai rencana," jelas Andhika.
Pembangunan PLTN di Indonesia memang menghadapi berbagai tantangan. Andhika mengidentifikasi beberapa tantangan.
Seperti kebutuhan teknologi tinggi, regulasi yang komprehensif untuk menjamin keselamatan masyarakat, manajemen proyek dan persiapan sumber daya manusia, serta penerimaan masyarakat dan kestabilan politik.
"Kelima aspek tersebut sangat penting untuk memastikan PLTN dapat dibangun tepat waktu dan sesuai jadwal pemerintah," tegas Andhika.
Pendapat serupa juga diutarakan ahli rekayasa nuklir Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Haryono Budi Santosa. Kaltim cocok dibangun PLTN.
Pertimbangannya Bumi Etam membutuhkan listrik bersih. Artinya, pembangkit listriknya tidak mengemisikan CO2 atau gas rumah kaca. Karena, hal itu merupakan komitmen untuk zero emisi 2060.
Lalu Kaltim memiliki tanah yang stabil, minim gempa bumi Karena, tidak memiliki gunung berapi seperti di Jawa dan pulau lainnya di Indonesia. Lalu kebutuhan listrik nantinya akan tinggi.
Karena, pertumbuhan industri yang cukup pesat di daerah itu. Pertimbangan terakhir, salah satu program pemerintah, PLTN itu digunakan untuk memproduksi hidrogen hijau.
“Dari empat pertimbangan itu, maka PLTN cocok untuk Kalimantan Timur. Bahkan perlu dipercepat untuk mensubstitusi pembangkit listrik yang kotor. Jadi bahan bakar fosil yang digunakan, bisa dikonversi menjadi material industri. Bukan material energi,” ucapnya.
Ia menjelaskan, memang ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam membangun PLTN. Mulai dari mempersiapkan lingkungan khusus. Yakni daerah yang potensi terjadinya kecelakaan sangat kecil.
Salah satu yang bisa memicu kecelakaan ini adalah bencana alam seperti gempa bumi. Walau, selama 70 tahun terakhir beroperasinya PLTN di beberapa negara di dunia, gempa bumi bukan penyebab langsung kecelakaan PLTN.
“Banyak PLTN yang dibangun di daerah gempa. Misalnya saja di Jepang. Di sana, frekuensi gempanya lebih tinggi dari frekuensi gempa di Indonesia. Tanah di sana selalu bergerak. Tapi di sana masih aman sampai sekarang,” terangnya.
Menurutnya, hal itu karena teknologi PLTN yang terus berkembang. Teknologi yang ada itu, membuat PLTN sensitif terhadap gerakan. Sehingga, ketika ada gerakan, pembangkit listrik itu akan secara otomatis berhenti beroperasi.
“Bahkan, saat ini sudah ada pengembangan teknologi baru. Ketika ada gerakan, PLTN itu tetap beroperasi. Tetap memproduksi listrik. Teknologi itu sudah digunakan di beberapa PLTN di Jepang,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
