Bankaltimtara

Makan Kah Kita? jadi Ajang Pemuda Samarinda Kenalkan 5 Menu Kuliner dari 5 Suku

Makan Kah Kita? jadi Ajang Pemuda Samarinda Kenalkan 5 Menu Kuliner dari 5 Suku

Salah satu kuliner tradisional khas Suku Buton yang dijelajahi komunitas Muara/org.-Nizar/Disway Kaltim-

Kampung Buton yang dimaksud berada di Jalan Otto Iskandar, Gang Budiman. Dalam kegiatan tersebut Muara/org bersama masyarakat setempat mengangkat makanan khas Suku Buton. Seperti Kambewe, Kasuami, Kahondo Hondo, dan Isa Parende.

Dua lokasi lainnya adalah kawasan Sambutan yang mewakili kuliner Pontianak. Dan satu titik lagi yang masih dalam tahap diskusi.

Proses penentuan lokasi dan kultur katanya, dilakukan melalui riset bersama warga.

“Dari situ sebenarnya kita jadi tahu, oh ternyata kalau di sini ada suku Buton, oh Dayak ada di sebelah sini. Terus yang kedua kita juga manfaatin networking sama teman-teman yang ada,” ujar Derry.

BACA JUGA:Fave: Musik Penenang Jiwa dan Menembus Batas Genre

Ia juga menyoroti fenomena sosial yang kerap dialami komunitas suku minoritas di Samarinda. Dimana mereka sering mendapat janji-janji politik dari sejumlah elit. 

Namun, Derry menegaskan bahwa komunitas Muara/org tidak terafiliasi dengan kepentingan politik.

“Kami dari awal sudah menyatakan kalau kami memang bukan organisasi politik karena komunitas ini bekerja secara budaya, kolektif dan lain-lain. Kita pengen mengangkat budayanya, pengen mengarsipkan makanannya. Enggak ada embel-embel,” tegasnya.

Seluruh rangkaian kegiatan ini akan didokumentasikan dalam bentuk buku arsip kuliner.

Yang mencatat makanan-makanan eksisting dari tiap wilayah selama Mei hingga September 2025.

BACA JUGA:Sulit Ingat Rute dan Lokasi? Mungkin Pola Makan Anda Penyebabnya

“Kalau dari bukunya sih yang penting adalah menjadi satu arsip tentang bagaimana orang-orang itu tahu di tahun 2025 dari Mei sampai September itu makanan yang existing yang ada di masing-masing lokasi. Lima lokasi dan lima kultur ini, itu sudah terarsipkan dengan baik di buku tersebut."

Dengan semangat kolektif dan pendekatan budaya yang inklusif, program Makan Kah Kita? tak sekadar menjadi ajang kuliner biasa, tetapi juga ruang untuk mengenali akar-akar keberagaman di Samarinda.

Derry pun berharap arsip ini bisa menjadi warisan pengetahuan bagi generasi mendatang, serta memperkuat identitas budaya kota yang terus tumbuh dalam keberagaman.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait